Banda Aceh (Waspada Aceh) – Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menyambut baik kerjasama di bidang teknologi yang ditawarkan oleh Universitas Gadjah Mada.
Menurutnya, kerjasama antara perguruan tinggi dan pemerintahan dalam pengembangan infrastruktur sudah menjadi tren terbaru dan mampu mewujudkan sistem pemerintahan yang lebih baik, kata Nova saat menerima audiensi Lembaga Kerja Sama Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, di Aula P2K Setda Aceh, di Banda Aceh, Jumat (4/10/2019).
“Terimakasih kepada UGM sudah menjajakan kerjasama dengan rakyat Aceh, khususnya dengan Pemerintah Aceh,” ujar Nova.
Nova mengatakan, Pemerintah Aceh sangat terbuka pada setiap tawaran kolaborasi yang dapat memberi dampak pada peningkatan mutu kehidupan rakyat Aceh. Menurutnya, kolaborasi tersebut sangat menarik, mengingat Aceh saat ini masih terus mengejar ketertinggalan yang diakibatkan oleh konflik berkepanjangan dan musibah besar tsunami.
“Saya tertarik (untuk berkolaborasi), karena saya dosen dan juga seorang insinyur,” lanjut Nova.
Nova mengatakan, kolaborasi tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang harus terus dirangkul dan diraih. Dalam hal keilmuan saat ini, kata Nova, Pemerintah Aceh masih terus beriman kepada dua perguruan Tinggi Aceh, yaitu Universitas Syiah Kuala dan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, sebagai lokomotif Pemerintah Aceh.
“Tapi yang MoU secara resmi hanya Unsyiah dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), itu yang saya tahu,”ujarnya.
Karena itulah, jika kerjasama tersebut terjalin, Nova berharap kualitas mutu kehidupan masyarakat Aceh dapat terus meningkat kedepannya.
“Melalui sistem dan program-program yang ditawarkan pihak UGM untuk Pemerintah Aceh, saya yakin ini dapat mengakselerasi pengembangan dan kemajuan Aceh,”ujar dia.
Sementara itu, perwakilan dari UGM, Jarot Setyowiyoto, menyebutkan bahwa kedatangan mereka semata hanya untuk menawarkan kerjasama bersama Pemerintah Aceh. Sistem kerjasama tersebut, kata dia, nantinya akan dilakukan sesuai kebutuhan yang diinginkan Pemerintah Aceh saat ini.
“Sistemnya bisa dalam bentuk pengabdian, dalam bentuk sistem. Itu semua bisa dikomunikasikan sistem kerjasama mana yang ingin dilakukan,” kata Jarot.
Jika kerjasama tersebut disetujui, kata Jarot, nantinya pihak UGM akan meneliti dan melihat situasi dan kondisi lapangan terlebih dahulu, agar seusai dengan harapan dan tepat sasaran. Mengingat kondisi Aceh memiliki sistem kepemerintahan yang unik dan khusus.
“Sistemnya nanti sepeti apa bisa dibicarakan lebih lanjut, asal mau berembuk tentu bisa diselesaikan,” kata Jarot.
Dia kembali menegaskan, bahwa kunjungan tersebut bukan lah untuk menambah pundi-pundi keuangan, namun semata-mata hanya menawarkan program untuk pembangunan negeri yang lebih baik dalam sistem pengabdian ataupun dalam bentuk pengembangan teknologi. (Ria/ks)