Sabtu, Desember 13, 2025
spot_img
BerandaAcehPerjuangan Jurnalis Menembus Lumpur dan Kawasan Terisolir Demi UKW PWI Aceh

Perjuangan Jurnalis Menembus Lumpur dan Kawasan Terisolir Demi UKW PWI Aceh

“Perjuangan saya menuju lokasi UKW belum sebanding dengan penderitaan warga Bener Meriah yang terdampak langsung akibat bencana yang jauh lebih berat”

Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Kabupaten Bener Meriah, Aceh, sejak akhir November 2025, tidak hanya memutus akses logistik dan transportasi, tetapi juga menguji tekad warganya untuk tetap bertahan dan bergerak.

Salah satunya dialami Muhammaddinsyah, jurnalis Lintasgayo.com, yang nekat menembus kawasan terisolasi demi mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Lhokseumawe.

Muhammaddinsyah bercerita, pada pagi Kamis (10/12/2025) suasana Bener Meriah masih diselimuti kabut tebal. Alam yang selama ini menjadi penopang kehidupan warga mendadak berubah muram setelah bencana pada Rabu (26/11/2025).

“Sungai meluap, jembatan rusak, dan longsor menutup hampir seluruh akses keluar daerah,” kata Muhammaddinsyah kepada Waspadaaceh.com, Sabtu ,(13/12/2025).

Akibat bencana tersebut, Bener Meriah sempat terisolasi total. Listrik padam, jaringan komunikasi terganggu, dan distribusi kebutuhan pokok terhenti. Beras, gas elpiji, dan bahan bakar minyak menjadi barang langka di pasaran.

Di tengah situasi itu, Muhammaddinsyah dihadapkan pada pilihan sulit. Ia telah mendaftar sebagai peserta Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Lhokseumawe pada 11–12 Desember 2025.

“UKW bukan sekadar sertifikat. Bagi saya, itu bentuk tanggung jawab dan keseriusan menjalani profesi jurnalis,” ujarnya.

Masalah muncul karena seluruh jalur menuju Lhokseumawe terputus.

Jalan Eks KKA tertimbun longsor, sementara akses melalui Kabupaten Bireuen belum bisa dilalui. Satu-satunya cara adalah berjalan kaki menembus lumpur dan jalur darurat yang dibuat warga. Dengan izin keluarga, Muhammaddinsyah memutuskan berangkat.

Kamis pagi sekitar pukul 07.00 WIB, ia mengendarai sepeda motor menuju Desa Buntul, Kecamatan Permata, titik terakhir yang masih bisa dijangkau kendaraan roda dua.

Dari sana, ia melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Ribuan warga tampak memadati jalur berlumpur yang sama, sebagian besar menuju Aceh Utara untuk mencari beras dan kebutuhan pokok.

“Lumpurnya setinggi mata kaki. Semua berjalan pelan, tapi tidak ada yang mengeluh,” kata dia.

Perjalanan dari Desa Buntul menuju Desa Seni Antara ditempuh hampir dua jam.

Di sepanjang jalan, Muhammaddinsyah menyaksikan warga memanggul hasil kebun, seperti cabai merah, untuk dijual ke Lhokseumawe.

Di Desa Seni Antara, ia melihat pasar darurat tempat warga saling menukar hasil palawija dengan kebutuhan pokok.

Setelah beristirahat sejenak, ia melanjutkan perjalanan dengan menumpang sepeda motor warga hingga kilometer 42, lokasi posko darurat TNI.

Perjalanan kembali dilanjutkan dengan berjalan kaki sebelum akhirnya mendapat tumpangan mobil warga hingga tiba di Lhokseumawe dan mengikuti UKW sesuai jadwal.

Muhammaddinsyah menilai, perjuangannya menuju lokasi UKW belum sebanding dengan penderitaan warga Bener Meriah yang terdampak langsung akibat bencana yang jauh lebih berat.

“Banyak warga yang benar-benar kesulitan makan. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa dalam kondisi sesulit apa pun,
semangat untuk maju tidak boleh padam,” ujarnya.

Menurut dia, bencana memang membawa penderitaan, tetapi juga menghadirkan pelajaran tentang keteguhan dan solidaritas.

“Keterisolasian ini ujian. Selama ada tekad dan kebersamaan, selalu ada jalan untuk dilalui,” katanya. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER