PEMA kini memprioritaskan penciptaan ruang-ruang kerja baru, baik di dalam maupun di luar Aceh, dengan tetap menjunjung nilai lokalitas dan keberlanjutan.
Provinsi Aceh memiliki kekayaan potensi alam yang luar biasa mulai dari laut, hutan, panas bumi, hingga hasil bumi termasuk emas, batubara dan tanah bonjolan (pozzolan) yang menjadi bahan baku penting industri semen.
Untuk itu, penting dan sudah saatnya Aceh juga punya pembangkit geothermal yang dikelola langsung oleh sebuah perusahaan BUMD.
PT Pembangunan Aceh (PEMA) berkomitmen sebagai lokomotif pembangunan ekonomi daerah yang mengedepankan keberlanjutan, inklusivitas, dan tata kelola yang profesional.
Di tengah dinamika pembangunan nasional dan global yang kian menuntut peran aktif pemerintah daerah dalam penguatan ekonomi lokal, PEMA menempatkan diri sebagai katalis perubahan.
Direktur Utama PEMA, Mawardi Nur, mengatakan bahwa arah transformasi perusahaan daerah ini kini tidak lagi semata mengejar profit, tetapi menitikberatkan pada kontribusi nyata terhadap pembangunan ekonomi Aceh.
Hal ini mencakup peningkatan pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja, serta pengelolaan sumber daya secara bertanggung jawab.
“PEMA hadir sebagai perusahaan daerah yang tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi menjadi instrumen penting dalam meningkatkan pendapatan daerah dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat,” ujar Mawardi kepada Waspada Aceh.
Komitmen tersebut, lanjut Mawardi, akan dijalankan melalui prinsip tata kelola yang transparan dan akuntabel, selaras dengan potensi lokal dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan.

Sejak didirikan, PEMA memiliki mandat besar sebagai pengelola dan penggerak potensi ekonomi strategis di Aceh. Dalam beberapa tahun terakhir, peran tersebut diperkuat melalui pendekatan yang lebih sistematis dan progresif, termasuk dengan melibatkan generasi muda dalam rantai ekonomi daerah.
Mawardi menyampaikan bahwa PEMA kini memprioritaskan penciptaan ruang-ruang kerja baru, baik di dalam maupun di luar Aceh, dengan tetap menjunjung nilai lokalitas dan keberlanjutan.
Pelopor Ekonomi Hijau
“Project Carbon Capture Storage (CCS) itu salah satunya ekonomi hijau dengan adanya pembangkit listrik panas bumi atau geothermal (PLTP). Ekonomi hijau dalam cakupan luas, dengan menggarap awal kegiatan untuk pembangkit PLTP ini,” kata Pengamat Infrastruktur Aceh, Ahmad Rizaldi Lubis, Kamis (10/7/2025).
Rizaldi mengungkap bahwa PLTP menjadi salah satu ekonomi hijau berkelanjutan dari Project CCS. Apalagi PT Pembangunan Aceh (PEMA) yang berstatus Badan Usaha Milik Aceh (BUMA) atau BUMD sudah melakukan kerjasama dengan PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) untuk bersama-sama menggarap PLTP tersebut.
“Informasinya, PT PEMA dan PGE telah mendapatkan izin sejak 2018 untuk menggarap itu. Ini membuktikan bahwa PT PEMA memiliki core bisnis yang jelas karena sudah bisa menjalin kerjasama dengan perusahaan nasional untuk menggarap panas bumi melalui PLTP,” tuturnya.
PLTP yang digarap juga lokasinya tidak jauh dari Kota Banda Aceh, yakni berada di Seulawah, Aceh Besar. PT PEMA sendiri menargetkan kapasitas dari pengelolaan PLTP tersebut mencapai 160 MegaWatt (MW).
Dia menjelaskan pengelolaan energi terbarukan ini menunjukan komitmen yang kuat dari PEMA untuk tetap berbisnis namun memperhatikan kelestarian lingkungan. Secara teknis, core bisnis yang sudah disusun sejak awal oleh PEMA berjalan secara baik sesuai perencanaan dan eksekusi yang matang.
Rizaldi yang dikenal senior di kalangan asosiasi Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Aceh, karena menjadi salah satu alumnus Universitas Syiah Kuala (USK) jurusan arsitektur periode pertama, ini memiliki pengalaman internasional. Rizaldi dikenal sebagai konsultan di perusahaan multinasional yang telah bekerja di berbagai negara Asia Tenggara hingga India.
Rizaldi memberikan apresiasi khusus kepada PT PEMA saat ini yang terus berkembang dengan berbagai lini bisnis usahanya. Dia mengingat, bahwa ketika awal-awal terbentuknya, PT PEMA, dirinya sempat hampir bergabung dengan BUMA tersebut namun dirinya sudah lebih dulu bergabung di perusahaan konsultan multinasional.

BUMD Sekelas Perusahaan Nasional
“PEMA saat ini bukan lagi BUMD, namun sudah berubah menjadi perusahaan nasional. Apalagi, jika nanti kedepannya, berkerja sama dengan produsen minyak asal UEA Mubadala, maka akan menjadi perusahaan multinasional,” jelasnya.
Secara ekonomi, dengan menggarap PLTP nantinya akan berdampak pada perekonomian daerah, bangkitnya ekonomi Kabupaten Aceh Besar, Aceh serta berdampak langsung pada ekonomi Provinsi Aceh.
Dalam hal, SDM juga, nantinya PLTP juga akan menyerap tenaga kerja baru yang bisa dijadikan ajang bersaing kualitas bagi putra-putri Aceh.
Pengembangan PLTP bersama PT PGE ini menunjukan komitmen perusahaan BUMD bisa melaju pesat menjadi perusahaan nasional ataupun multinasional karena core bisnis yang jelas. PLTP nanti, dia meyakini akan menjadi proyek prestisius yang dikelola BUMD milik Aceh, bisa jadi nantinya kedepan BUMD di daerah lain akan mengikuti langkah PEMA.
“Di daerah lain setahu saya, belum ada BUMD yang mengelola atau bersentuhan langsung dengan proyek sejenis seperti pembangkit listrik. Ini akan menjadikan PEMA sebagai barometer baru BUMD mampu mengelola pembangkit meski secara teknis bekerjasama dengan PT PGE,” tuturnya.
Kedepannya, PEMA, lanjut dia perlu mengembangkan lagi diversifikasi usaha lain dari ekonomi hijau ini secara berkelanjutan agar mendorong BUMD tidak hanya fokus pada bisnis konvensional semata.
“BUMD selama ini hanya fokus pada bisnis konvensional yang stagnan tidak dinamis. PEMA akan menjadi pionir bagi BUMD lain di daerah lain,” jelasnya.
Sebelumnya, PEMA berencana untuk memperkuat portofolio investasinya dengan mengedepankan teknologi ramah lingkungan dan pengurangan emisi karbon.
“Kami sangat menyadari bahwa masa depan ekonomi global terletak pada adopsi prinsip-prinsip keberlanjutan, dan sebagai bagian dari tanggung jawab kami terhadap masyarakat dan lingkungan,” kata Direktur Utama PT Pema, Mawardi Nur, Senin (17/3/2025).
Inisiatif ekonomi hijau yang akan diterapkan oleh PT PEMA mencakup pengembangan energi terbarukan melalui Project Geothermal (energi panas bumi) seulawah berlokasi di kawasan Lamteuba Kecamatan Seulimeum Aceh Besar, Provinsi Aceh. Proyek ini dilaksanakan dengan kapasitas hingga 160 MW.
Project Carbon Capture Storage (CCS) (penangkapan dan penyimpanan karbon) pada Lapangan Arun yang memiliki kapasitas penyimpanan karbon 900 Juta metrik ton di lapangan gas yang depleted atau reservoir yang mengalami penurunan produksi dan rencana carbon credit pada 11 Hutan Desa dan 14 Hutan Adat yang tersebar di beberapa kabupaten dengan total luas 101.563 hektare
PT PEMA akan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat, dan mitra bisnis, untuk menciptakan ekosistem yang mendukung tujuan tersebut.
“Kami memproyeksikan peningkatan investasi yang akan diarahkan pada sektor-sektor ramah lingkungan. Dengan fokus ini, PT PEMA berharap dapat menarik investor yang sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan memberikan dampak positif bagi lingkungan serta perekonomian Aceh” ungkap Mawardi
Faisal Ilyas, Direktur Pengembangan Bisnis menambahkan dalam rangka mempercepat transformasi ini, kami terus memperkuat penerapan Good Corporate Governance (GCG) sebagai bagian dari komitmen menciptakan bisnis yang transparan, akuntabel, dan berkelanjutan.
“Sebagai wujud nyata dari komitmen terhadap keunggulan operasional dan peningkatan kualitas layanan, Pema telah mengimplementasikan ISO 9001:2015 Sistem Manajemen Mutu,” tambah Faisal Ilyas. (Adv)