Kamis, November 27, 2025
spot_img
BerandaEkonomiPEMA Siapkan Proyek CCS–CCUS, Aceh Bidik Pasar Perdagangan Karbon Global

PEMA Siapkan Proyek CCS–CCUS, Aceh Bidik Pasar Perdagangan Karbon Global

“Langkah PEMA memperkuat inisiatif CCS–CCUS menjadi sinyal penting bagi arah transformasi ekonomi Aceh ke depan.” 

PT Pembangunan Aceh (Perseroda) atau PT PEMA tengah menyiapkan strategi besar untuk memperkuat arah bisnis hijau di tanah rencong.

Salah satu langkah konkret yang dijalankan ialah penjajakan program Carbon Capture and Storage (CCS) di kawasan Arun, Lhokseumawe, bekerja sama dengan anak perusahaan, PT Pema Global Energi (PGE).

Direktur Pengembangan Bisnis PT PEMA, Naufal Nasir Mahmud, mengatakan, teknologi CCS–CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage) menjadi bagian dari upaya Aceh beradaptasi dengan tren ekonomi global yang berfokus pada keberlanjutan dan pengurangan emisi karbon.

“Kami menyadari bahwa arah ekonomi dunia ke depan akan ditentukan oleh seberapa cepat kita mengadopsi prinsip keberlanjutan. PEMA harus berada di garda depan dalam memastikan setiap investasi memiliki nilai lingkungan dan sosial yang kuat,” ujar Naufal kepada Waspadaaceh.com, Selasa (8/10/2025).

Ia menjelaskan, PEMA saat ini tengah menunggu keputusan tingkat pusat terkait aktivasi sistem perdagangan karbon lintas batas (cross-border carbon trading). Ketika sistem tersebut mulai diberlakukan, program CCS–CCUS diyakini dapat dimonetisasi dan memberi nilai tambah bagi daerah.

“Tahap awal sudah kami mulai dengan studi bersama PGE untuk memastikan penerapan good engineering practice,” kata Naufal.

Teknologi Penangkap Emisi

Teknologi CCS berfungsi menangkap emisi karbon dioksida dari aktivitas industri untuk kemudian disimpan di bawah tanah, sehingga mengurangi laju pelepasan gas rumah kaca.

Teknologi ini juga dapat digunakan untuk mengoptimalkan produksi minyak dan gas melalui metode Enhanced Oil Recovery (EOR).

Aceh dinilai memiliki potensi besar dalam penerapan teknologi ini. Beberapa sumur migas di provinsi ini yang produksinya mulai menurun masih menyimpan cadangan minyak yang dapat dimaksimalkan melalui injeksi karbon.

“Kita ingin memastikan manfaat pengelolaan karbon ini benar-benar dirasakan masyarakat Aceh, bukan hanya secara ekonomi, tapi juga ekologis,”
tambah Naufal.

Peta pelaksanaan proyek carbon capture and storage di Arun Gas Lhokseumawe, Aceh. (Foto/Ist)

Menurutnya, pengelolaan karbon berkelanjutan akan menjadi warisan penting bagi generasi mendatang di Aceh.

Sebelumnya, pada 10 Juli 2025, Provinsi Aceh ditetapkan sebagai lokasi pertama penerapan teknologi penangkapan karbon berkelas dunia di Indonesia, bahkan di Asia.

Langkah itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT Pema Global Energi (PGE) dengan PT Pupuk Indonesia (Persero) di The Westin Jakarta.

Berdasarkan hasil studi geologi dan geofisika pada tahun 2023, Lapangan Arun dinilai sangat cocok untuk pengembangan fasilitas CCS–CCUS. Struktur batu gamping (limestone) dengan lapisan batuan penutup (seal rock) yang kuat membuatnya aman untuk penyimpanan karbon dioksida jangka panjang.

Teknologi tersebut memungkinkan CO₂ hasil produksi ditangkap dan diinjeksi kembali ke dalam reservoir untuk meningkatkan produksi migas (fase CCUS). Setelah fase itu berakhir, akan dilanjutkan dengan fase CCS, yakni penyimpanan CO₂ secara permanen tanpa peningkatan produksi.

Dukungan Pemerintah Aceh

Acara penandatanganan MoU itu turut dihadiri oleh Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, pimpinan PT Pupuk Indonesia, Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), serta perwakilan dari PT PEMA, PT PGE, dan EMP Energy Aceh.

Dalam kesempatan itu, Gubernur Muzakir Manaf menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menjamin keamanan dan kenyamanan investasi di Aceh.

“Keamanan dan kenyamanan investasi di Aceh kami jamin sepenuhnya. Pemerintah Aceh siap mengawal setiap investasi yang masuk demi kemajuan daerah,” ujarnya.

Menuju Ekonomi Rendah Karbon

Langkah PEMA memperkuat inisiatif CCS–CCUS menjadi sinyal penting bagi arah transformasi ekonomi Aceh ke depan, dorongan investasi hijau, provinsi ini diharapkan mampu berperan lebih besar dalam agenda nasional menuju net zero emission.

“Kita tidak hanya berbicara tentang energi, tapi tentang masa depan ekonomi Aceh yang berkelanjutan,” jelasnya. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER