Dalam jangka panjang, PEMA ingin menjadi rumah besar bagi anak-anak muda Aceh yang memiliki kompetensi dan semangat membangun tanah kelahiran.
PT Pembangunan Aceh (PEMA) berkomitmen sebagai lokomotif pembangunan ekonomi daerah yang mengedepankan keberlanjutan, inklusivitas, dan tata kelola yang profesional.
Di tengah dinamika pembangunan nasional dan global yang kian menuntut peran aktif pemerintah daerah dalam penguatan ekonomi lokal, PEMA menempatkan diri sebagai katalis perubahan.
Direktur Utama PEMA, Mawardi Nur, mengatakan bahwa arah transformasi perusahaan daerah ini kini tidak lagi semata mengejar profit, tetapi menitikberatkan pada kontribusi nyata terhadap pembangunan ekonomi Aceh.
Hal ini mencakup peningkatan pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja, serta pengelolaan sumber daya secara bertanggung jawab.
“PEMA hadir sebagai perusahaan daerah yang tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi menjadi instrumen penting dalam meningkatkan pendapatan daerah dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat,” ujar Mawardi kepada Waspada Aceh.
Komitmen tersebut, lanjut Mawardi, akan dijalankan melalui prinsip tata kelola yang transparan dan akuntabel, selaras dengan potensi lokal dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan.
Sejak didirikan, PEMA memiliki mandat besar sebagai pengelola dan penggerak potensi ekonomi strategis di Aceh. Dalam beberapa tahun terakhir, peran tersebut diperkuat melalui pendekatan yang lebih sistematis dan progresif, termasuk dengan melibatkan generasi muda dalam rantai ekonomi daerah.
Mawardi menyampaikan bahwa PEMA kini memprioritaskan penciptaan ruang-ruang kerja baru, baik di dalam maupun di luar Aceh, dengan tetap menjunjung nilai lokalitas dan keberlanjutan.
Dalam jangka panjang, PEMA ingin menjadi rumah besar bagi anak-anak muda Aceh yang memiliki kompetensi dan semangat membangun tanah kelahiran.
“Penguatan struktur ekonomi Aceh akan dilakukan dengan mengelola potensi sumber daya alam secara bertanggung jawab, serta menciptakan ruang kerja bagi generasi muda Aceh baik di dalam maupun di luar daerah,” tegasnya.

Ekonomi Hijau sebagai Strategi Masa Depan
Salah satu pilar utama dalam arah baru PEMA adalah penguatan ekonomi hijau (green economy) yang berbasis pada efisiensi sumber daya dan kelestarian lingkungan.
Strategi ini sejalan dengan tren global di sektor investasi yang mulai memprioritaskan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG).
“Adopsi prinsip keberlanjutan adalah bentuk tanggung jawab kami terhadap lingkungan,” kata Mawardi.
Beberapa proyek andalan telah digulirkan, antara lain pengembangan energi panas bumi (geothermal) di Lamteuba, Aceh Besar, yang dikenal sebagai proyek Geothermal Seulawah diharapkan menjadi pionir energi bersih di Aceh.
Selain itu, PEMA juga mengembangkan proyek Carbon Capture Storage (CCS) di wilayah Lapangan Arun, Lhokseumawe. Proyek ini memanfaatkan reservoir gas yang sudah mengalami penurunan produksi untuk menyimpan emisi karbon dengan kapasitas hingga 900 juta metrik ton.
“Ini adalah langkah konkret kami dalam mendukung agenda pembangunan rendah karbon. Kami berharap upaya ini juga akan menarik minat investor yang memiliki visi jangka panjang dalam menjaga keseimbangan alam,” ujar Mawardi.
Untuk mencapai tujuan besar ini, PEMA menyadari pentingnya membangun kolaborasi lintas sektor. Pihaknya secara aktif menjalin kerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah, lembaga internasional, masyarakat sipil, serta mitra usaha yang memiliki orientasi serupa terhadap keberlanjutan.
“Ke depan, kami proyeksikan pertumbuhan investasi PEMA akan semakin terarah ke sektor-sektor yang memperhatikan keberlanjutan. Kami ingin menciptakan ekosistem pembangunan ekonomi yang tidak hanya tumbuh, tapi juga berkelanjutan dan inklusif,” tegas Mawardi.
Dalam aspek kelembagaan, PEMA juga melakukan prinsip good governance menjadi acuan utama dalam setiap pengambilan keputusan.
“Kami ingin membangun PEMA sebagai institusi bisnis daerah yang transparan, profesional, dan dapat dipercaya. Kepercayaan publik adalah aset utama yang harus dijaga,” kata Mawardi.
Dengan sistem kerja yang lebih terbuka dan akuntabel, PEMA berharap dapat membangun kepercayaan yang lebih kuat, baik dari masyarakat maupun dari para investor. Dalam jangka panjang, langkah ini dinilai krusial untuk membangun ketahanan ekonomi Aceh di tengah perubahan global.
Mawardi juga mengataman bahwa potensi Aceh sangat besar, mulai dari sektor energi, perikanan, hingga pariwisata berbasis alam. Tantangannya adalah mengelola potensi tersebut secara efektif, agar benar-benar memberikan nilai tambah bagi daerah.
“Kami ingin PEMA memberi manfaat sebesar-besarnya bagi Aceh, baik dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan nilai tambah masyarakat, maupun mendorong kemajuan ekonomi daerah,” tuturnya.
PEMA memang belum sempurna, tetapi langkah-langkah yang kini diambil menunjukkan bahwa perusahaan ini tengah meniti jalan transformasi yang berorientasi masa depan.
Keberhasilan PEMA bukan hanya menjadi cerminan keberhasilan manajerial, tetapi juga refleksi dari bagaimana sumber daya lokal dapat dikelola untuk kepentingan bersama.
Jika strategi ini terus dijalankan secara konsisten, tidak menutup kemungkinan PEMA akan menjadi model pembangunan daerah yang mampu menjawab tantangan zaman, serta menjadi wajah baru ekonomi Aceh yang inklusif, hijau, dan berkelanjutan. (*)