Banda Aceh (Waspada Aceh) – PT Pembangunan Aceh (PEMA) mendorong pengembangan industri hilirisasi emas dan mineral Aceh agar kekayaan sumber daya alam tidak lagi diekspor sebagai bahan mentah, melainkan diolah di daerah.
Direktur Pengembangan Bisnis PEMA, Naufal Natsir Mahmud, mengatakan Aceh memiliki surplus energi hingga 1.400 megawatt, yang bisa dimanfaatkan untuk membangun industri hilir bernilai tambah tinggi.
“Kalau kita punya produk emas bermerek Aceh, hasil tambang yang legal dan ramah lingkungan, ini bisa membawa nama baik daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Naufal, kepada Waspadaaceh.com, Rabu (8/10/2025).
Naufal menekankan pentingnya ekosistem pertambangan yang terintegrasi dengan prinsip good corporate governance (GCG) dan praktik rekayasa yang baik.
PEMA siap mendorong kolaborasi antara pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat lokal.
Naufal juga menyoroti dampak negatif tambang ilegal. Menurutnya, pertambangan tanpa izin merugikan negara dan membahayakan kesehatan masyarakat karena penggunaan bahan berbahaya seperti merkuri.
Ia mengajak seluruh stakeholder, mulai dari pemerintah daerah, aparat penegak hukum, akademisi, hingga masyarakat, untuk bersatu mendukung arah kebijakan Gubernur Aceh Mualem.
“Ini bukan hanya pekerjaan ESDM atau PEMA semata. Ini gerakan bersama untuk kemandirian ekonomi Aceh,” pungkas Naufal. (*)
