Aceh Tamiang (Waspada Aceh) – Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) AQL Peduli menyalurkan bantuan perlengkapan tidur bagi ratusan Kepala Keluarga (KK) terdampak banjir di Kabupaten Aceh Tamiang, Senin (29/12/2025).
Bantuan ini difokuskan pada tiga wilayah terdampak cukup parah, yakni Dusun Alur Permai, Dusun Lalang, dan Dusun Jawa.
Penyaluran bantuan ini dilakukan saat warga mulai memasuki fase pembersihan rumah, setelah banjir bandang menerjang dan merendam wilayah tersebut sejak bulan November mulai surut. Meski air telah hilang, endapan lumpur tebal masih menjadi kendala utama bagi warga untuk kembali menempati hunian mereka secara normal.
Fokus pada Kebutuhan Mendesak
Koordinator Logistik Posko AQL Aceh Tamiang, Azmi Habiburrahman, menjelaskan bahwa pemilihan bantuan berupa perlengkapan tidur didasarkan pada kebutuhan mendesak warga terdampak bencana di fase transisi ini. Menurutnya, banyak warga yang kehilangan seluruh perabotan rumah tangga akibat rendaman air dan lumpur.
“Saat ini, sekitar seratus kepala keluarga telah menerima manfaat. Kami memprioritaskan perlengkapan tidur karena ini adalah kebutuhan paling dasar saat warga mulai kembali ke rumah yang masih dipenuhi lumpur. Mereka butuh tempat yang layak untuk sekadar merebahkan tubuh setelah seharian membersihkan sisa banjir,” ujar Azmi di lokasi penyaluran.

Azmi menambahkan bahwa bantuan yang diserahkan meliputi tikar, selimut, dan kelambu. “Tikar membantu mereka beristirahat di tengah kondisi lantai yang belum sepenuhnya bersih, selimut untuk melawan cuaca, serta kelambu untuk memitigasi serangan nyamuk yang biasanya mewabah pasca-banjir,” imbuhnya.
Kondisi Rumah Masih Memprihatinkan
Berdasarkan pantauan di lapangan, sebagian pengungsi mulai kembali ke rumah masing-masing. Namun, mereka belum bisa menetap sepenuhnya karena kondisi bangunan yang masih dipenuhi lumpur dan mengalami kerusakan struktur.
Kondisi terparah terpantau di wilayah dataran rendah yang dekat dengan aliran sungai. Di kawasan tersebut, air sempat menenggelamkan rumah hingga merobohkan dinding bangunan. Saat ini, endapan lumpur yang tertinggal bervariasi, mulai dari setinggi mata kaki hingga mencapai satu meter.
“Pembersihan lumpur ini menjadi episode berat bagi warga. Prosesnya tidak cukup satu atau dua hari, bahkan bisa memakan waktu berbulan-bulan karena ketebalan lumpur yang menelan separuh rumah mereka,” tutup Azmi.
Meski air telah surut, kerusakan perabotan dan retaknya dinding rumah membuat warga Aceh Tamiang masih membutuhkan dukungan berkelanjutan untuk bisa kembali pulih sepenuhnya. (*)



