Calang ( Waspada Aceh) – Perkembangan politik pasca pemilihan umum legeslatif di Kabupaten Aceh Jaya menjadi kebanggaan tersendiri bagi pecinta partai lokal. Hasil akhir Rapat Pleno Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Jaya beberapa waktu yang lalu menempatkan partai lokal (Parlok) lebih mendominasi peraihan kursi parlemen Aceh Jaya dibanding partai nasional.
Memang terjadi pergeseran ketika Partai Aceh sebagai partai yang dulu meraih 10 dari 20 Kursi parlemen, kini hanya meraih 7 kursi. Sedangkan Partai PNA mempu meraih 3 kursi dari sebelumnya kosong, dan partai PDA meraih 2 kursi dari 1 kursi pada sebelumnya. Partai SIRA, masih belum mampu meloloskan kadernya pada pileg tahun ini.
“Pencapaian ini akan membuat arah koalisi baru. Jika parlok sejalan dan searah, maka di parlemen Aceh Jaya akan mengukir sejarah baru, karena parlok bisa menjadi terdepan,” tutur Rahmat Fuadi, Humas LSM Pusat Kajian Advokasi Rakyat (PAKAR) Aceh Jaya kepada waspadaaceh.com, Minggu, (12/5/2019).
Rahmat menambahkan, Partai Aceh mengalami penurunan perolehan kursi dibandingkan pada pemilihan legislatif 2014 yang lalu. Namun partai yang didominasi mantan GAM ini tetap menjadi partai pemenang. Dengan perolehan 7 kursi yang tentunya pada Pilkada serentak kedepan memenuhi syarat dalam mengusung calon bupati dan wakil bupati.
“Jika Parlok lain seperti PNA dan PDA berkoalisi bersama Partai Aceh, tentu memiliki kekuatan besar di parlemen Aceh Jaya. Ini awal yang baik untuk kebangkitan Parlok di Bumoe Meureuhoem Daya ini,” ucapnya
Menurutnya, Partai Gerindra dan PPP juga kembali ke arah Partai Aceh, karena PPP sudah 2 periode berkoalisi dengan Partai Aceh.
Begitu juga dengan Gerindra tidak akan bisa berpaling dari Partai Aceh karena Ketua umum Partai Aceh, H.Muzakir Manaf, memiliki peran penting di partai Gerindra. Maka secara automatis akan berkoalisi. Namun sejauh ini, hanya arah partai PAN dan Golkar serta Demokrat yang belum tahu arahnya.
“Jika melihat perkembangan politik Aceh Jaya sekarang dan jika bedasarkan aspirasi masyarakat tentu harapan sangat menginginkan agar partai lokal dapat bersatu. Bila politikus menyadari itu dan melepaskan ego sektoral maka koalisi adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan parlok kedepan,” terangnya.
Sejauh ini, terangnya, belum ada satu pun kabupaten di Aceh yang mampu mempersatukan parlok di parlemen. Maka dengan adanya koalisi ini, dapak menjadi contoh agar mulai dari tingkat atas hingga tinggkat bawah nantinya dapat sinergi dalam menyuarakan butir – butir MoU untuk segera direalisasikan.
“Jika pun parlok akan berkoalisi, ini akan menjadi pertarungan politik yang sangat dahsyat di kemudian hari,”tutupnya. (zammil)