Calang – “Di sini pernah menjadi pusat pergerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Meurehom Dayah. Di bawah pimpinan Almarhum Aan alias Abu Chaidir, sebagi komandan operasi masa itu,” kata Ir.Azhar Abdurrahman, tokoh GAM Aceh Jaya kepada waspadaaceh.com, Sabtu (12/1/2019).
Dari tahun 1998 sampai 2000, lanjut Azhar, di tengah Desa Keude Krueng Sabee, ada sebuah rumah, nama pemiliknya Darwis. Rumah itu hanya berjarak 150 meter dari pasar. Di situlah segala bentuk aktifitas GAM Wilayah Meureuhoen Daya dikomandoi Abu Chaidir, mengatur strategi perjuangannya.
Rumah itulah yang sekarang menjadi lokasi Sekolah Tinggi Agama Islam – Perguruan Tinggi Ilmu Qur’an (STAI-PTIQ) Aceh, yang baru diresmikan oleh Bupati Aceh Jaya, H.T.Irfan TB, Sabtu, (12/1/2019). Tentu saja rumah ini memiliki nilai sejarah tersendiri bagi salah satu tokoh kombatan GAM di Aceh Jaya tersebut.
“Pada saat itu saya sebagai pemuda di desa, tentunya melihat apa yang mereka kerjakan. Lambat laun, saya mulai tertarik, hingga mengenal lebih dalam tentang GAM. Saya kemudian direkrut untuk bergabung dengan GAM oleh Abu Chaidir,” kenang Azhar.
Singkat cerita, ujar lelaki itu, dia terlibat gerakan GAM hingga hijrah ke hutan untuk begeriliya. “Saya harus menyelamatkan diri masuk hutan”.
Bencana alam gempa dan tsunami, kemudian meluluh-lantakkan rumah-rumah penduduk di Aceh Jaya, terutama yang berada di sekitar pesisir pantai. Pasca gempa, rumah bekas markas GAM itu kemudian ditata ulang menjadi Pusat Kegiatan Masyarakat (PKM) untuk pelayanan bantuan kemanusian pasca bencana.
Kalau itu yang menjadi koordinator adalah M.Yusuf Daud (Pak Pang), kata Azhar. Bertitik tolak dari semangat ingin mengabdi untuk masyarakat, Pak Pang terus melakukan aktifitas kemanusian bekerjasama berbagai NGO, tambah Azhar
Setelah penanganan pasca rehabilitasi dan rekonstruksi 2009, tempat itu embrio pusat kegiatan pendidikan. Diawali pembentukan PAUD dengan fasilitas TK pada pagi hari, kemudian sore nya Taman Pengajian Al Qur’an (TPA), dilanjutkan malam dengan pengajian di Balee Seumeubeut. Waktu berjalan, untuk mengelola kegiatan tersebut, dibentuklah Yayasan Pendidikan Dayah Terpadu Baitul Makmur Krueng Sabee.
“Dalam Akte Notaris 2017, saya menjadi Ketua Dewan Pembina, sehingga terlibat dalam beberapa rapat untuk kemajuan Dayah Ma’hat Tahfit Al Qur’an untuk membina anak-anak dalam membaca dan menghafal Al Qur’an,” lanjut Azhar.
Aktifitas Ma’hat terus berjalan dan tingkat kepuasaan warga semakin baik. Sebab, katanya, banyak anak – anak telah mampu menghafal Al Qur’an dengan baik. Seiring dengan aktivitas dayah, anak-anak semakin giat belajar dan menghafal Al Qur’an.
Sampai kemudian mendapat tawaran tak terduga dari Muhibbuthabary (Rektur UIN Ar Raniry tahun 2017), yang juga sebagai pimpinan STAI -PTIQ Aceh. Muhibbuthabary menawarkan kerja sama dengan Yayasan Pendidikan Dayah Terpadu Baitul Makmur Krueng Sabee untuk mengelola PTIQ di komplek dayah tersebut.
Bak gayung bersambut, Pak Yusuf Daud dan Pak Muhibbuththabary, putra Desa Reusak Kecamatan Bubon, Aceh Barat, mengimplementasikan kerjasama dimaksud. Sabtu, 12 Januari 2019, di Krueng Sabee, telah diresmikan Sekolah Tinggi Agama Islam – Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an (STAI_PTIQ ).
“Sedikit saya kilas balik. Setelah adanya tawaran kerja sama ini maka proses perizinan kami lakukan bersama beliau ke Dirjen Perguruan Tinggi Agama Islam di Kemenag,” tutur Azhar.
“Tentang ini perlu disampaikan, bahwa lokasi ini sebelumnya pernah menjadi markas GAM terbesar di Aceh Jaya. Generasi ke depan agar tahu sejarahnya,” tegas mantan Bupati Aceh Jaya dua periode itu.
Kini, lanjutnya, bekas markas GAM itu sudah disulap menjadi perguruan tinggi. Kedepan akan mencetak generasi cerdas untuk Aceh Jaya yang cerdas, tuturnya. (zammil)