Senin, Desember 9, 2024
spot_img
BerandaDisbudpar AcehMuseum Pedir, Menggali Bukti Kejayaan Aceh Masa Lalu

Museum Pedir, Menggali Bukti Kejayaan Aceh Masa Lalu

“Keunikan dan keindahan karya masyarakat serta peninggalan kerajaan Aceh di masa lalu perlu disampaikan sebagai informasi sejarah”

Saat melintasi jalan Punge Blang Cut Banda Aceh menuju kawasan PLTD Apung, Minggu (10/11/2024) rasa penasaran kami terpancing oleh Museum Pedir yang tampak dari luar.

Di halaman, berjajar rapi batu-batu nisan tua, peninggalan sejarah yang mengingatkan pada zaman kejayaan Aceh. Sesampainya di pintu masuk, kami disambut oleh Risky, salah satu pengelola museum sekaligus anggota Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa).

“Nama ‘Pedir’ sendiri diambil dari nama kerajaan Pedir yang berada di Pidie, kerajaan besar di Aceh yang menjadi simbol kejayaan peradaban masa lalu,” ujar Rizki, sembari menjelaskan sejarah benda-benda yang tersimpan di museum tersebut.

Rizki adalah salah satu pengelola Museum Pedir sekaligus anggota Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa). Menurutnya museum ini menjadi incaran para peneliti dan mahasiswa yang ingin mendalami sejarah Aceh.

Memasuki museum, berbagai koleksi senjata kuno, seperti tombak dengan berbagai jenis bilah, terpajang rapi. Museum yang didirikan oleh Masykur Syarifuddin pada 6 Juni 2015 ini, menyimpan lebih dari 5.000 koleksi benda-benda kuno.

Batu nisan peninggalan masa Kerajaan Aceh yang terjejer di halaman Museum Pedir. (Foto/Cut Nauval D)

Di sini, pengunjung dapat melihat manuskrip, mata uang, keramik, serta artefak peninggalan peradaban Aceh. Sebagai museum swasta, Museum Pedir memiliki dua lokasi, yakni di Blang Glong, Pidie Jaya, dan Punge Blang Cut, Banda Aceh.

Namun, aktivitas museum lebih aktif di Banda Aceh, mengingat letaknya yang strategis dan mudah dijangkau oleh berbagai kalangan.

Museum ini dibuka untuk umum dari Senin hingga Kamis, serta Sabtu. Untuk mengunjungi museum ini, pengelola belum memungut biaya karena tempat ini berfungsi sebagai edukasi sejarah. Tersedia kotak donasi bagi pengunjung yang ingin menyumbang untuk pengembangan museum.

Rizki juga mengatakan pihaknya kerap mengadakan kegiatan pelatihan dan edukasi tentang sejarah Aceh di sini. “Kami sering bikin pelatihan untuk anak-anak muda supaya lebih kenal sejarah Aceh,” tambahnya.

Museum ini juga menyimpan naskah-naskah astrologi yang mencatat praktik astrologi dalam kehidupan masyarakat Aceh tempo dulu. Meski dikenal sebagai pusat penyebaran Islam di Nusantara, masyarakat Aceh kala itu ternyata juga mengadopsi praktik astrologi, sebagaimana tercatat dalam naskah-naskah yang ada.

“Banyak yang nggak tahu kalau Aceh dulu punya naskah astrologi. Aceh dikenal sebagai wilayah penyebaran Islam, pengaruh luar tetap masuk dan meninggalkan jejak,” kata Rizki sambil menunjukkan salah satu manuskrip.

Rizki juga menjelaskan, batu-batu nisan yang ada di halaman museum dikumpulkan sejak 2018 dari berbagai lokasi yang telah tergantikan oleh pembangunan, seperti kawasan Pango yang dulu berupa hutan, namun kini telah berubah menjadi jalan raya.

Beragam koleksi benda kuno di Museum Pedir, menjadi daya tarik banyak wisatawan. (Foto/Cut Nauval D)

“Batu-batu ini kami kumpulkan dari tempat yang tergusur, agar sejarah tak hilang begitu saja,” tambahnya.

Cut Meutia, salah satu pengunjung asal Pidie, merasa bangga melihat peninggalan sejarah daerahnya. “Nggak nyangka ya, dulu Aceh punya peradaban yang begitu maju. Lihat saja naskah-naskah berbahasa Arab ini, Aceh ternyata sudah punya banyak cendekiawan yang membuat karya-karya luar biasa,” ujarnya kagum.

Ia juga menyoroti hubungan perdagangan Aceh di masa lalu dengan negara-negara luar, terutama dalam perdagangan lada, yang dibuktikan dengan adanya surat-surat terkait kerjasama perdagangan di museum ini.

Menurut Meutia, keberadaan museum ini sangat penting agar generasi muda lebih mengenal sejarah dan kebudayaan Aceh. “Ini aset penting. Generasi kita harus tahu dari mana mereka berasal, ternyata peradaban di Aceh sejak dahulu sudah maju,” katanya.

Keunikan dan keindahan hasil karya masyarakat dan kerajaaan Aceh di masa lampau sangat penting disampaikan kepada semua khalayak sebagai informasi sejarah. Ini menandakan bahwa Aceh adalah salah satu pusat peradaban dunia pada masanya.

Museum Pedir bukan hanya tempat untuk memajang artefak, tapi juga ruang untuk merawat ingatan kolektif tentang kejayaan masa lalu Aceh. Bagi siapa saja yang ingin mengenal Aceh lebih dalam, museum ini bisa jadi pilihan destinasi yang tak boleh dilewatkan. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER