Banda Aceh (Waspada Aceh) – Meski angin kencang dan gelombang tinggi, nelayan di Banda Aceh dan Aceh Besar sekitarnya tetap melaut.
Salah seorang nelayan di Lampulo, Banda Aceh, Hendra, menuturkan para nelayan tetap melaut meski dalam kondisi cuaca buruk, karena alasan ekonomi.
“Ini kami baru balik setelah 15 hari melaut,” kata Hendra, Jumat (21/7/2023).
Namun, akibat cuaca buruk ini hasil tangkapan nelayan menurun drastis dari sebelumnya. Ketika cuaca membaik, dia dan teman-temannya mampu membawa pulang hasil tangkapan hingga 20 ton. Sementara, saat ini hanya mendapatkan 500 kilogram saja sekali melaut.
“Itu karena cuaca dan ombak tinggi, sehingga ikan yang kita dapatkan sedikit,” lanjutnya.
Hendra mengatakan, kurangnya hasil tangkapan merupakan bagian dari risiko para nelayan dalam melaut. Biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatkan.
Tentunya kondisi ini membuat para nelayan merugi, lebih-lebih harga jual ikan saat ini anjlok, meski pasokan ikan berkurang.
“Sekarang harga ikan dencis 15.000 per kilo dan ikan tongkol 20.000 per kilo,” sebutnya.
Hendra mengatakan harga tersebut tergolong murah dibandingkan dengan sebelumnya yang pernah mencapai hingga Rp30.000 per kilogram.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Sultan Iskandar Muda Blang Bintang, memprediksi tiga hari ke depan wilayah Aceh berpotensi terjadi angin kencang.
Forecaster BMKG Aceh, Stya Juangga Dirta kepada Waspadaaceh.com, Kamis (20/7/2023) mengatakan, berdasarkan analisis dan prakiraan terkini memang dalam beberapa hari ini terdapat potensi angin kencang. (*)