Medan (Waspada Aceh) – Menteri Pariwisata RI (Menpar), Arief Yahya, berkomitmen untuk terus mengembangkan Danau Toba menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Hingga kini, Danau Toba juga sedang menunggu Sertifikasi UNESCO Global Geopark (UGG) yang akan terbit pada tahun ini, kata Menteri Arief Yahya, Kamis (18/7/2019), pada sesi Konferensi Pers usai acara Wisuda 363 mahasiswa Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Medan di Hotel Santika Medan.
“Jika sudah mendapat UGG tidak boleh lagi ada pencemaran karena sudah bersertifikasi. Kemudian sisi akses airlines mendukung. Silangit sudah jadi bandara internasional. Terus waktu tempuh dari Kualanamu-Danau Toba tidak sampai 2 jam. Tol Kualanamu Tebing Tinggi selesai, tinggal Tebing Tinggi Siantar dan Siantar sampai Parapat juga. Outer ringroad Samosir juga tidak ada masalah sampai sekarang masih proses,” kata Arief Yahya didampingi Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi dan Direktur Poltekpar Medan, Anwari Masatip.
Arief menilai untuk Danau Toba aksesibilitas itu yang paling penting. Karena kalau orang biasa dengan waktu tempuh diatas 2 jam ke daerah wisata, orang cenderung tidak mau, katanya.
“Tapi sekarang kan sudah berkurang hanya 3,5 jam bisa sampai ke Parapat dari tol Tebing Tinggi. Pelan-pelan. Kita ingin membangun Danau Toba itu seperti konsep Nusa Dua di Bali. Infrastruktur dan utilitas dasar harus tuntas sampai 2020,” ujarnya.
Dia menuturkan dengan itu, pihaknya mendapat tambahan anggaran dalam Ratas (rapat terbatas) dengan Presiden yang juga dihadiri Gubsu. Pihaknya mendapatkan Rp6,4 triliun untuk pengembangan 4 daerah wisata di Indonesia, yakni Danau toba, Borobudur, Mandalika dan Labuhan Bajo.
“Kalau dari alokasi itu, berarti sekitar Rp1,6 triliun ke Danau Toba. Tapi kita butuhnya Rp2 triliun untuk Danau Toba.”
“Kita berharapnya Rp2 triliun ke Danau Toba. Tolong dibantu juga pak Gubernur. Untuk utilitas dasar di dalam kawasan seperti jalan, air dan internet tidak ada di sana. Memang itu butuh waktu. Kemenpar waktu jamannya Kemenpar Postel itu membangun Nusa Dua, Bali, butuh waktu 25 tahun. Tapi untuk Danau Toba, saya maunya 10 tahun saja,” ungkapnya.
Jadi, menurutnya, untuk itu perlu dikembangkan lagi atraksi-atraksi di Danau Toba. Seperti Sport Tourism, Triathlon atau lainnya.
Triathlon adalah olahraga yang menggabungkan tiga olahraga berbeda, yang mesti dituntaskan secara berurutan. Meski cukup bervariasi, tiga olahraga dalam triathlon umumnya adalah berenang, bersepeda dan berlari. Jarak dari perlombaan triathlon ini sendiri cukup bervariasi.
“Seperti Mandalika, semua orang tahu. Ada apa di sana? Motor GP akan berlangsung di sana. Danau Toba itu bisa dikembangkan terus atraksinya seperti Triatlhon skala internasional di sana dan Sport Tourism lain. Pak Gubernur ini pasti bisa. Wong Ketua PSSI koq, ya kan?,” ujar Arief sembari mengarahkan wajahnya ke Edy Rahmayadi yang duduk di sebelahnya.
Sementara itu, Gubsu Edy Rahmayadi menyatakan dia berkomitmen mengembangkan Danau Toba, termasuk “mengusir” industri yang membuat air ke danau sehingga air menjadi keruh. Masalah itu bahkan sudah disampaikan Edy langsung ke presiden.
“Kita bukan mau melempar sesuatu. Ini sudah jadi masa lalu yang terkait dengan kontrak dan perjanjian. Rakyak tidak berkehendak, itu saya pahami. Masalah ini juga sudah saya sampaikan kepada presiden langsung.”
“Karena ini kan urusan kontrak dan bisnis antar negara, izinnya juga dari pusat. Jadi ini sudah jadi urusan presiden. Karena urusan negara, biar diselesaikan antar negara,” jelas mantan Pangkostrad dan Pangdam I/BB ini.
Edy menjelaskan dia menyadari bahwa turis yang datang ke Danau Toba ingin menikmati air danau. Namun, jika airnya saja keruh, siapa yang mau datang ke sana.
“Kita tahu. Orang ke Danau Toba itu mau melihat air danaunya. Tapi kalau danaunya kotor, apa yang mau dilihat? Saya pahami itu. Kita juga terus berusaha. Saya pasti memahami keinginan rakyat. Saya akan lakukan semaksimal mungkin,” tegasnya.(sulaiman achmad)