Sabtu, Januari 11, 2025
spot_img
BerandaSumutMenikmati Wajik dalam Paparan Kabut Putih di Penatapan Berastagi

Menikmati Wajik dalam Paparan Kabut Putih di Penatapan Berastagi

“Bukit Penatapan, dengan paparan kabut bagai menari-nari di udara, terasa sejuk dan menyegarkan”

Kabut tebal menyapa kami begitu tiba di Bukit Penatapan sore itu, tepat pukul 17.30 WIB, Jumat (10/1/2025).

Dari ketinggian Penatapan ini, di sungai berkelok tampak airnya mengalir di bawah, membawa ketenangan tersendiri di tengah udara dingin yang menyelimuti.

Biasanya pengunjung lebih memilih bersantai di bagian belakang karena bisa langsung menikmati pemandangan yang menakjubkan.

Penatapan, yang terletak di jalur lintas Medan-Kabanjahe, tepatnya di Jalan Jamin Ginting, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, telah menjadi destinasi favorit bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana sejuk pegunungan.

Panorama kabut tebal yang perlahan menyelimuti Penatapan, menghadirkan keindahan khas pegunungan Tanah Karo. (Foto/Cut Nauval D).

Udara sejuk khas pegunungan menyambut rombongan jurnalis dari Waspada Aceh yang sedang menikmati perjalanan ke beberapa destinasi wisata Karo.

Selain paparan kabut yang bagai “memeluk” area ini dengan udara dinginnya, tempat ini juga dikenal sebagai surga kuliner sederhana namun berkesan.

Kuliner Legendaris

Kami memutuskan singgah di Warung Sakinah, kedai sederhana di pinggir jalan yang buka selama 24 jam. Warung yang berlokasi di tepi jurang ini menjadi tempat persinggahan strategis bagi wisatawan yang melintas.

Pemiliknya, Kurnain, seorang pria asal Jawa Timur yang bermarga Ginting Munthe, telah mengelola tempat ini sejak tahun 2007.

“Saya mulai membangun usaha ini bersama istri karena melihat potensi lokasi yang ramai wisatawan. Dulu, pada 1980-an, jagung bakar menjadi kuliner andalan di sini,” kata Kurnain, sambil menyiapkan pesanan kami.

Namun kemudian, ada satu menu yang kini menjadi ikon Warung Sakinah, yakni wajik. Penganan manis yang terbuat dari beras ketan, santan kelapa, dan gula merah ini mampu memanjakan lidah para pengunjung.

Kurnain juga mengatakan, sebelumnya wisatawan pun sulit menemukan penjual wajik di kawasan ini. Biasanya, wajik hanya dijual di daerah Peceren, dan warung di situ biasanya sudah tutup saat malam tiba.

Wajik, kudapan manis khas berbahan ketan dan gula merah, menjadi sajian andalan di Warung Sakinah. (Foto/Cut Nauval D).

“Banyak wisatawan yang melintas di sini mencari wajik, karena warung di daerah Peceran biasanya sudah tutup pada malam hari. Karena itu, kami akhirnya menyediakan wajik sebagai salah satu menu di warung ini, yang dapat diperoleh kapan saja. Baik siang maupun malam,” jelas Kurnain.

Warung Sakinah menawarkan harga makanan yang terjangkau. Satu porsi wajik dihargai Rp5.000 berisi tiga potong. Selain itu, di sini juga menyediakan jagung bakar seharga Rp8.000, pecal dan aneka menu lainnya. Makanan ini akan menjadi pelengkap saat menikmati udara dingin dan berkabut.

“Setiap ke Berastagi, saya selalu menyempatkan mampir untuk makan wajik ini,” ujar T Ardiansyah, salah satu anggota rombongan kami.

Ia menceritakan, saat perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) di Sumatera Utara September lalu, ia pun tak melewatkan momen untuk mencicipi wajik.

Kabut yang menyelimuti kawasan ini justru menjadi daya tarik wisatawan karena semakin menambah sensasi udara yang sejuk. Banyak wisatawan berhenti sejenak untuk menyeruput teh hangat atau kopi sambil menggigit wajik yang manis legit. Begitu juga bagi penggemar jagung bakar yang harum menggoda.

“Banyak pelintas yang mampir, apalagi kalau cuaca dingin seperti ini,” tambah Kurnain.

Pengunjung tak perlu khawatir melewatkan waktunya di Warung Sakinah. Tempat ini menyediakan fasilitas publik berupa musholla yang berada di balkon, dan juga toilet di bagian belakang.

Warung ini memang selalu ramai, terutama menjelang malam, ketika kabut semakin tebal dan udara makin menusuk. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER