Minggu, September 8, 2024
BerandaAcehMenggali Konflik Aceh Lewat Novel "Paya Nie" Karya Ida Fitri

Menggali Konflik Aceh Lewat Novel “Paya Nie” Karya Ida Fitri

Banda Aceh  (Waspada Aceh)- Cerpenis Bireuen, Ida Fitri, kembali menarik perhatian lewat novel terbarunya berjudul “Paya Nie”.

Novel yang meraih juara III pada Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2023 ini diterbitkan oleh Marjin Kiri, sebuah penerbit independen yang dikenal dengan buku-buku kritisnya.

Ida Fitri, yang sebelumnya dikenal melalui buku “Neraka yang Turun ke Kebun Kelapa” (2023), menceritakan bahwa “Paya Nie” adalah novel perdananya yang diterbitkan oleh penerbit nasional.

“Novel Paya Nie merupakan narasi kehidupan keseharian perempuan Aceh di masa konflik, dengan elemen-elemen Aceh yang kental, seperti sejarah dan budaya,” tuturnya, Rabu (24/7/2024).

Lahir dan besar di masa konflik Aceh, Ida menyimpan berbagai memori yang dituangkan dalam novelnya.

“Meskipun konflik Aceh telah menjadi kenangan kolektif masyarakat kita, tak banyak generasi Aceh saat ini yang tahu bahwa Aceh pernah didera konflik berkepanjangan,” kata Ida.

Dalam novel “Paya Nie”, Ida mengangkat pengalaman perempuan Aceh yang harus menghadapi beban berat di tengah konflik bersenjata.

“Pihak yang paling terbeban adalah perempuan, padahal mereka tidak diberi kuasa dalam membuat keputusan politik hingga konflik bersenjata terjadi,” ungkapnya.

Ida juga menyoroti dampak jangka panjang konflik terhadap perekonomian Aceh serta masalah kekerasan dan narkoba yang terus terjadi.

Dengan latar belakang konflik panjang di Aceh, “Paya Nie” mengeksplorasi tema-tema perjuangan, ketahanan, dan hubungan antarmanusia di tengah situasi sulit. Penggunaan kilas balik dan percampuran legenda lokal dengan kisah sejarah menambah dimensi pada cerita, menjadikannya menarik bagi pembaca yang menyukai narasi kompleks dan mendalam.

Ida berharap novelnya dapat memberikan tempat kepada orang-orang yang suaranya tidak didengar melalui narasi fiksi.

“Dalam ‘Paya Nie’, aku ingin memberi tempat untuk suara-suara semacam itu,” tutupnya.

Ida Fitri lahir di Bireuen pada 25 Agustus 1981.

Sejumlah karya cerpennya tersebar di berbagai media seperti Tempo, Jawa Pos, Serambi Indonesia, Media Indonesia, Suara Merdeka, Republika, dan Kedaulatan Rakyat. Kumpulan cerpen pertamanya berjudul “Air Mata Shakespeare” (2016), diikuti oleh “Cemong” (2017) dan “Neraka yang Turun ke Kebun Kelapa” (2023). Saat ini, Ida mengabdikan diri di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER