“Aroma khas cincau seperti rempah dedaunan tercium dari asap yang keluar dari tangki stainless”
———
Cincau adalah bahan makanan/minuman sejenis agar-agar yang paling digemari, apalagi memasuki bulan suci Ramadhan. Cincau biasanya dipakai untuk campuran pada minuman seperti es campur, es teler dan banyak jenis minuman segar lainnya.
Pada Jumat pagi (31/3/2023), pukul 10.15 WIB, lima pria tampak sibuk beraktivitas di ruangan belakang rumah sederhana di Gampong Laksana, Kota Banda Aceh. Tempat ini menjadi rumah produksi cincau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Banda Aceh sekitarnya.
Lelaki ketururan Tionghoa, Yuk Fa, 58 Tahun,
adalah pemilik pabrik olahan cincau ini. Dia tampak sedang sibuk memantau para pekerjanya. Yuk Fa sesekali memberi arahan kepada para pekerja.
Sudah 20 tahun Yuk Fa, yang merupakan generasi ke-3 ini, menjaga usaha warisan nenek moyangnya. Usaha ini telah berusia 8 dekade atau sekitar 80 tahun. Produk rumahan itu tetap populer dan terus bertahan hingga kini.
“Cincau ini sudah turun termurun ke tiga generasi. Sudah ada dulu dari kakek saya,” kata Yuk Fa kepada Waspadaaceh.com yang mengunjungi rumah produksinya, Jumat (31/3/2023).
Di ruang itulah cincau diolah dan diproduksi. Mulai dari perebusan daun cincau, penyaringan, percampuran bahan hingga pencetakan cincau hingga siap dijual.
Enam tangki stainless berjejer di atas tungku. Puluhan karung berisi daun kering sebagai bahan baku cincau pun tersusun rapi di sudut ruangan itu.
Dua tangki tampak sedang menjalani proses pengadukan sebelum cincau siap dituangkan ke cetakan. Dua pria tampak sibuk mengaduk-aduk rebusan air berwarna kehitaman hingga mendidih.
Usai mendidih cincau pun siap dituangkan ke dalam cetakan besi berukuran 22×22 Cm. Suhu panas di sekitar ruang produksi menyebabkan dahi dan tubuh karyawan bermandikan peluh hingga membasahi baju mereka.
Sementara tiga pria lainnya dengan hati-hati membawa cetakan yang berisi cincau ke depan ruangan untuk didinginkan dan disusun. Mereka memproduksi cincau dimulai sejak pagi hari. Proses pembuatan cincau ini bisa mencapai waktu 3 jam.
Yuk Fa menjelaskan, sebelumnya pabrik cincau ini berada di Gampong Baro, Pasar Aceh, yang diberi nama cincau Gampong Baroe. Kemudian mereka pindah ke Gampong Laksana. Namun hinga kini warga mengenal produk ini dengan cincau Gampong Baroe.
Yuk Fa memilih daun cincau berkualitas tinggi. Untuk bahan baku daun cincau, Yuk Fa mengaku masih memasoknya dari Pulau Jawa terutama Solo. Bahan baku daun cincau ia beli dari suplier dengan harga Rp40 ribu/Kg.
Dalam satu tangki stainless, kata Yuk Fa, bisa menghasilkan sebanyak 200 cetakan stainless yang berukuran 22x 22 Cm tersebut.
Yuk Fa juga menjelaskan proses pembuatannya. Mulanya daun cincau yang sudah dikeringkan dicuci bersih terlebih dahulu, direndam kemudian direbus. Proses perebusan itu memakan waktu hingga satu jam. Kemudian disaring dan dicampur bersama tepung kanji dalam wadah terpisah.
Memasaknya menggunakan tangki dengan bahan bakar gas. Selama proses perebusan, daun cincau diaduk-aduk. Sedangkan saat menjadi adonan dimasukkan ke dalam tangki terpisah yang telah dimodifikasi hingga menyerupai baling-baling pada mixer yang membuat adonan tercampur sempurna.
Dimasak kembali selama sekitar 1,5 jam. Sebuah kran dipasang di bawah mulut drum untuk mengalirkan adonan cincau masak ke dalam cetakan. Kemudian didiamkan selama 1-2 jam hingga mengeras dan siap dijual. Begitulah proses panjang pengolahan cincau.
Untuk penjualannya selain dijual langsung dari rumah industrinya, mereka juga mengantar produknya ke lapak-lapak jualan di seputaran Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Selain itu cincau milik Yuk Fa, juga dikirim hingga ke beberada daerah di Aceh.
Harganya dijual mulai Rp5 ribu hingga Rp25 ribu, tergantung ukuran cincau. Penjualannya, sejak awal Ramadhan, kata Yuk Fa, memang terjadi peningkatan. Namun kini menginjak hari ke 10 Ramadhan mulai berkurang.
Meskipun produksi di Ramadhan kali ini menurun, namun Yuk Fa tetap memproduksi cincau untuk kebutuhan masyarakat.
Setiap harinya, ia mampu memproduksi cincau dari 100 hingga 400 cetakan.
Salah satu pelanggan cincau milik Yuk Fa, yakni Loeziana. Dia mengaku menjadi pelanggan setia cincau terutama di bulan Ramadhan. Menurutnya rasa cincau di sini sangat khas dan memiliki tekstur yang lembut.
“Rasanya memang berbeda dan sangat khas, segar dan teksturnya juga lembut,” tuturnya.
Cincau selain sekadar menjadi olahan minuman yang segar, teksturnya yang lembut dan kenyal dapat meredakan dahaga terutama ketika cuaca panas. Cincau juga memiliki khasiat bagi kesehatan di antaranya menyembuhkan panas dalam, menstabilkan gula darah, mengobati demam dan sakit tenggorokan serta banyak khasiat lainnya. (*)