Kutacane(Waspada Aceh) – Budaya Pebante sudah menjadi agenda rutin tahunan bagi masyarakat suku Alas di Aceh. Secara bergotong royong menyembelih sapi atau kerbau untuk memenuhi kebutuhan daging menyambut lebaran Idul Fitri.
Istilah Pebante sendiri berasal dari kata patungan, yakni setiap kepala keluarga di desa-desa mengumpulkan sejumlah uang yang sudah disepakati untuk membeli sapi maupun kerbau. Hewan ini akan disembelih nantinya.
Hamidan, 70, menceritakan dalam menjalankan tradisi Pebante, masyarakat sudah terbiasa melakukan penyembelihan secara bergotong royong, sehari sebelum lebaran Idul Fitri.
“Kebiasaan menyembelih daging, lewat cara Pebante, sudah menjadi tradisi turun termurun dilakukan sebelum kami,” kata Hamidan, di sela memotong kerbau di Desa Batumbulan 1 Kecamatan Babussalam, Minggu (1/4/2022).
Pebante sendiri biasanya mulai dibicarakan pertengahan bulan puasa. Melalui musyawarah menyepakati berapa jumlah biaya yang akan dibayarkan setiap kepala keluarga. Selain itu juga menetapkan siapa panitianya, atau biasa disebut orang juaranya.Â
Saat hari penyembelihan, warga desa, baik tua maupun muda berbondong-bondong datang ke lokasi yang sudah ditentukan untuk melakukan penyembelihan. Mereka pulang setelah daging dibagikan secara merata, imbuhnya.
Menurut Hamidan, tradisi Pebante ini bertujuan mempererat rasa persaudaraan dan persatuan di desa itu sendiri. Dengan adanya budaya gotong royong, tentunya bisa menumbuhkan rasa peduli antar sesama.(Sopian)