Aceh Besar (Waspada Aceh) – Kapulaga menjadi salah satu bahan rempah yang banyak dibutuhkan masyarakat. Tak hanya untuk bahan masakan, kapulaga juga dibutuhkan untuk industri makanan, minuman hingga pengobatan.
Tanaman kapulaga merupakan tanaman herbal yang berbentuk rumpun. Bentuknya seperti tumbuhan jahe dan dapat mencapai ketinggian 2-3 meter. Kapulaga ini memiliki pelepah daun yang membalut batangnya. Bentuknya bulat berukuran 1 cm bergerombol di atas permukaan tanah, jumlahnya berkisar 10-20 buah per gerombol.
Jurnalis Waspadaaceh.com, Minggu lalu (13/6/2021), mengunjungi salah satu kebun milik Budiman,61, yang membudidayakan kapulaga di desa Pantee Rawa, Sibreh, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar.
Budiman merupakan warga Cadek, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, yang hampir setiap hari menuju ke kebunnya berjarak 28 Kilometer dari rumahnya.
Suasana alam di kawasan Pantee Rawa ini sejuk dan asri. Penduduk di Desa Pantee rawa tergolong sedikit. Kata Budiman jumlahnya hanya sekitar 35 kepala keluarga (KK). Sebagain besar masyarakat di sana bekerja sebagai petani, sehingga desa ini dikelilingi oleh perkebunan maupun sawah milik masyarakat setempat.
Ia mengatakan, budidaya tanaman kapulaga sangatlah mudah dan tak memerlukan modal besar. Kapulaga dapat memberikan hasil setelah berumur dua sampai tiga tahun. Katanya, tanaman ini dapat berbuah sepanjang tahun dan dapat dipanen hingga dua sampai empat kali dalam setahun.
Tanaman kapulaga menyukai jenis tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dengan pH 5 sampai 7, serta berdrainase baik dan juga ketersediaan air yang cukup.
Selain itu, kata Budiman, lahan budidaya kapulaga ini harus tersedia tanaman pelindung untuk mengayomi tanaman kapulaga agar tidak terkena cahaya matahari langsung.
Cara menanam kapulaga, kata Budiman, bisa dengan tahap persemaian terlebih dahulu. Lalu juga bisa ditanam dengan memilih anakan yang memiliki 4 sampai 8 helai daun, dengan tinggi batang 80 sampai 100 cm dan memiliki sedikit akar.
Budiman memiliki lahan sekitar 3 hektare, sedangkan untuk lahan kapulaga hanya berkisar hampir 2 hektare. Hasil panen per rumpun per tahun jika dalam 1 hektare bisa menghasilkan 10 sampai 15 kg kapulaga. Usaha bertanam kapulaga belakangan ini, katanya, juga mulai naik daun karena harganya melejit.
“Harganya tinggi karena permintaan pasar tinggi, sedangkan jumlah kapulaga tak terlalu banyak,” ungkapnya.
Ia menambahkan, biasanya komoditas kapulaga dikirim baik dari Medan maupun dari India. Budiman mengatakan, jika kapulaga dibeli dari Medan harganya mencapai Rp380.000/Kg. Jika dari India harganya Rp600.000/Kg. Untuk itu, katanya, ia membudidayakan kapulaga ini dan menjualnya dengan harga berkisar berkisar Rp200.000/Kg.
“Jika dikirim dari luar Aceh kapulaga ini mahal. Apalagi dari India bisa sampai enam ratus ribu rupiah. Jadi kita budidayakan sendiri dan harganya terjangkau,” jelasnya.
Selain mendapatkan manfaat dari hasil panen, kata Budiman, berkebun kapulaga juga merupakan salah satu aktivitas yang dapat memberikan kesehatan baik dari dalam maupun dari luar tubuh. Terutama mengisi aktivitas di masa pensiunnya. Bagi dia, bercocok tanam adalah pilihan yang tepat menikmati masa tua.
“Setelah memasuki masa pensiun, saya menyibukkan waktu. Salah satunya dengan berkebun. Selain mendapat hasil dari tanaman untuk dikonsumsi sendiri, juga jadi ajang olahraga buat saya supaya badan terus sehat,” ungkapnya. (Cut Nauval Dafistri)