Pada dasarnya setiap orang sudah punya potensi atau skil, tinggal digali dan di sinilah peran guru sangat dibutuhkan
—Kepsek SLB-B YPAC Banda Aceh, Heni Ekawati—
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik. Namun perlu digaris-bawahi anak yang mempunyai keterbatasan fisik belum tentu mempunyai keterbatasan intelektual, emosional dan sosial.
Hal itu dibuktikan banyak dari kalangan mereka memunculkan bakat dan prestasi yang luar biasa, yang tentunya tidak semua peserta didik mampu melakukannya.
Salah satu sekolah yang menampung anak berkebutuhan khusus di Aceh adalah SLB-B YPAC Banda Aceh. Sekolah yang lahir tahun 70-an ini telah mampu mencetak generasi yang siap bekerja.
Saat ini, sekolah tersebut dipimpin oleh Heni Ekawati, yakni sebagai Kepala Sekolah SLB-B YPAC Banda Aceh. Selama kepemimpinannya sekolah ini semakin dikenal masyarakat luas. Baru-baru ini, sekolah yang beralamat di Jl. Pati, Gampong Keuramat, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, memunculkan karya dan bakat sampai ke tingkat nasional.
Bahkan beberapa siswa berprestasi dari SLB (Sekolah Luar Biasa)-B YPAC Banda Aceh mewakili Aceh untuk bersaing di tingkat nasional.
Di sekolah, mereka membuktikan bakat dan kreatifitasnya dengan karya yang menarik, seperti melukis, pantomim dan membatik. Di bidang tata boga juga sudah mampu membuat beragam kue, salah satunya roti cokelat.
Di bidang tata rias, siswa SLB-B ini juga sudah telaten menggunakan jasa siswanya apabila ada acara tertentu, seperti makeup untuk penari, kondangan maupun acara wisuda para alumni.
Selain itu, siswa di sini juga kreatif memanfaatkan barang bekas, seperti kardus yang dijadikan kotak pensil dan tempat tisu. Sebagian siswa juga berpotensi merangkai bunga, menjahit taplak meja, gorden, bantal dan membuat payung hantaran serta tempat buah dari kayu.
Ada juga siswa berkebutuhan khusus yang saat ini telah berhasil membuka usaha pangkas di Darussalam, berkat mengembangkan bakatnya selama di sekolah. Masih banyak karya-karya mereka yang lain yang terus bermunculan.
Dua Siswa SLB-B Wakili Aceh ke Tingkat Nasional
Atas kemampuan siswa serta bimbingan para guru, baru-baru ini, tutur Kepsek SLB-B YPAC Banda Aceh Heni Ekawati, dua siswi SLB- B YPAC Kota Banda Aceh mewakili Provinsi Aceh ke FLS2N jenjang SLB tingkat nasonal.
Pertama, juara I pada cabang lomba melukis atas nama Sarah Putri dari kelas I SMA dengan guru pendamping Fitri Suzanna. Kedua, juara I bidang lomba pantomim, atas nama Isna Ernanda dari kelas 3 SMA dengan guru pendamping Puspita Raisi.
Sebelum menuju ke tingkat nasional, lanjut Heni, tentunya ada pendampingan yang dilakukan guru. Tak bisa dipungkiri SLB-B YPAC Banda Aceh juga tak jarang mendatangkan pengajar dari luar yang lebih kompeten.
“Alhamdulillah sampai ke tingkat nasional, walaupun di tingkat nasional belum rezeki. Tapi patut diapresiasi mereka telah mewakili Aceh,” jelasnya.
Sebelum ke tingkat nasional, keduanya berhasil menyabet mendali emas dalam Festival Lomba dan Seni Siswa Nasional (FLS2N) jenjang SLB tingkat Provinsi Aceh yang diikuti 23 kabupaten/kota.
“Walaupun kedua siswa ini memiliki kelemahan tidak mendengar dan tidak bisa berbicara. Tapi dia mampu mengembangkan bakatnya, sampai ke tingkat nasional,” terangnya.
Fasilitasi Peserta Didik untuk Kembangkan Bakat
Untuk mengembangkan bakat dan meraih prestasi peserta didik, dia mengatakan berbagai macam cara atau kiat-kiat yang sudah dilakukan. Para guru selalu mendukung serta memfasilitasi siswa untuk berkarya.
“Pihak sekolah tetap memfasilitasi peserta didik, baik dalam bidang akademik maupun pengembangan bakat,” jelasnya.
Atas dasar itu, banyak dari siswa SLB-B YPAC Banda Aceh yang telah berhasil mengukir prestasi seperti menang di O2SN dan LKSN.
“Pada dasarnya, setiap orang sudah punya potensi atau skil, tinggal digali. Nah di sinilah peran guru sangat dibutuhkan untuk melihat arah bakat siswa,” terangnya.
Umumnya, tambah Heni, siswa berkebutuhan khusus tidak boleh monoton mengikuti pembelajaran. Tidak cukup dengan spidol dan papan tulis, tetapi harus diiringi dengan media gambar agar siswa bisa memahami apa yang disampaikan guru.
Maka dari itu, apabila ada keterampilan sekolah selalu memfasilitasi peserta didik untuk menyiapkan karya. Dia mencontohkan, ada siswa yang hobi membatik, maka pihak sekolah menyiapkan semua peralatan membatik.
Begitupun dengan barang bekas, sekolah tetap memfasilitasinya dengan lengkap, guna mendapatkan hasil yang maksimal.
Guru Dituntut Peka
Dalam pembelajaran, siswa berkebutuhan khusus ada dua hal yang diterapkan. Pertama ada kurikulum tetap dan ada juga kebebasan yang diberikan kepada siswa yang mau berkarya.
“Artinya, untuk siswa yang berbakat, kita seleksi dan kita kembangkan minatnya. Karena umumnya siswa berkebutuhan khusus tidak punya wawasan untuk mengembangkan dan ini menjadi kewajiban kita,” tuturnya.
Tidak jarang juga, kata Heni, banyak siswa yang tidak muncul bakatnya di satu bidang, tapi bisa dilihat dari gerak tubuhnya siswa tersebut hobinya apa.
“Guru tinggal mengembangkan dan memfasilitasi. Di sini guru dituntut untuk peka terhadap kemauan siswa agar bakat-bakat siswa muncul dan bisa diasah,” tutupnya. (Adv)