Banda Aceh (Waspada Aceh) – Sorak sorai pecah di Lapangan Bola Kaki Pango Raya, Banda Aceh, Minggu (17/8/2025). Puluhan anak berbaris di dua sisi tambang panjang. Dengan wajah penuh semangat, mereka menarik sekuat tenaga.
Ayo… tarik! Tarik! Jangan lepas!” teriak para penonton yang memenuhi pinggir lapangan. Suara teriakan bercampur dengan tawa dan tepuk tangan, membuat suasana semakin semarak.
Lomba tarik tambang menjadi salah satu permainan rakyat yang memeriahkan peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
Lapangan itu penuh warna. Umbul-umbul merah putih berkibar di sekitar arena. Sebagian peserta mengenakan ikat kepala kain merah putih buatan sendiri.
Di tepi lapangan, deretan pedagang kaki lima menawarkan jajanan khas: es tebu, bakso tusuk, hingga kue ape yang menjadi rebutan penonton.
Tak hanya anak-anak, para ibu juga tak kalah antusias mengikuti perlombaan. Dengan tawa lepas, mereka beradu kekuatan, menarik tambang dengan langkah yang kadang tak seimbang.
Namun, semangat kebersamaan membuat suasana terasa semakin meriah.
Nasihah (45), salah seorang ibu peserta, mengaku kegiatan ini bukan sekadar hiburan. Ia menilai lomba kemerdekaan menjadi ruang silaturahmi antarwarga.
“Kalau ikut lomba seperti ini, rasanya kembali ke masa kecil. Kita bisa tertawa bersama, kenalan dengan tetangga baru, dan tentu saja ikut memeriahkan kemerdekaan. Bagi saya, ini cara sederhana untuk mengenang perjuangan orang tua dulu,” ujarnya.
Sementara itu, Rudi (12), salah satu peserta anak-anak, mengaku merdeka baginya berarti bebas bermain dan belajar.
“Merdeka itu kita bisa sekolah, bisa main dengan teman-teman tanpa takut. Kalau tarik tambang, kita harus kuat sama-sama, tidak bisa sendiri. Kalau ada yang lepas, pasti kalah,” katanya sambil tersenyum.
Tarik tambang memang bukan hanya soal siapa yang paling kuat. Lebih dari itu, permainan ini menjadi cerminan nilai kebersamaan. Semua peserta harus kompak, bergerak serentak, dan saling menguatkan.
Semangat yang sama pula yang mengantarkan bangsa ini meraih kemerdekaan 80 tahun lalu. Tanpa persatuan, perjuangan melawan penjajahan tak akan berhasil.
Dari tawa anak-anak, dari ibu-ibu yang tertawa bersama, hingga warga yang bergandengan tangan menjaga persaudaraan. (*)