Banda Aceh (Waspasda Aceh) – Konflik antara gajah liar dan manusia di Bener Meriah, Aceh, belum menemukan titik terang.
Warga desa yang mayoritas berprofesi sebagai petani mengeluhkan kerusakan yang ditimbulkan oleh gajah liar selama 13 tahun terakhir.
Hal ini disampaikan oleh Riskanadi, Kepala Desa Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah, dalam konferensi pers yang digelar di kantor Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh, Kamis (30/11/2023).
Riskanadi mengatakan, ratusan rumah dan ribuan hektare kebun warga di Bener Meriah telah dirusak oleh gajah liar. Warga menanam berbagai komoditas seperti pinang, durian, serai wangi, dan nilam. Namun, akibat konflik yang berkepanjangan, hasil panen mereka gagal.
“Ekonomi masyarakat terpuruk. Hal ini juga berdampak pada pendidikan, banyak yang tidak bisa menyekolahkan anak-anaknya, karena gajah juga masuk ke sekolah,” kata Riskanadi.
Ia menegaskan, warga tidak pernah berniat untuk membunuh gajah, meskipun ada puluhan ekor yang merusak. Ia mengatakan warga menyadari bahwa gajah adalah hewan yang dilindungi oleh undang-undang.
Riskanadi menjelaskan, banyak warga yang terpaksa beralih profesi sebagai buruh di perusahaan atau merantau ke kabupaten lain. Sebagian juga memilih untuk pindah ke desa lain untuk mencari pekerjaan.
“Kami sudah sering melapor ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, tapi belum ada tindakan. Mereka hanya bilang agar kami menunggu. Padahal, kejadian seperti ini sudah berlarut selama 13 tahun,” ujar Riskanadi.
Ia juga menambahkan, upaya penghalauan sudah dilakukan, namun ada satu ekor gajah yang perilakunya sudah berbeda dengan gajah lain. Gajah itu tidak takut dengan pagar power fancing (kawat kejut)
“Gajah itu sudah pandai keluar masuk meskipun ada pagar listrik. BKSDA dan CRU pun juga kewalahan,” jelasnya.
Mereka meminta agar BKSDA membawa gajah tersebut dibius dan dibawa ke pusat pelatihan gajah di Banda Aceh.
“Setelah dilatih, gajah itu bisa kembali ke daerah dan menggiring rombongan gajah lain. Karena gajah itu sangat besar dan kuat,” tutur Riskanadi.
Akibat konflik gajah dan mamusia, Ia juga mengatakan, warga Desa Negeri Antara sudah dua orang meninggal dan satu orang luka parah akibat tertusuk gading gajah.
Riskanadi berharap, pada bulan Desember ini ada solusi dari pemerintah dan pihak terkait. Jika tidak, pihaknya akan datang lebih ramai ke Banda Aceh untuk menyampaikan aspirasinya.
“Kami datang ke sini untuk mendengar jawaban dari pemerintah. Kami tidak mau konflik ini berlarut-larut. Kami ingin hidup dengan nyaman,” tutur Riskanadi.(*)