“Bullying menyebabkan anak kehilangan kepercayaan diri, prestasi menurun, bahkan dapat berujung pada tindakan tragis”
Prof. Ali Abubakar, mengingatkan bahwa fenomena perundungan (bullying) di dunia pendidikan kian mengkhawatirkan dan harus segera ditangani secara serius oleh semua pihak.
Hal itu disampaikan Ali Abubakar saat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Jumat (21/11/2025).
Dalam khutbahnya, Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry itu menegaskan, perundungan bukan sekadar tindakan iseng, tetapi bentuk kezaliman yang dapat menimbulkan trauma jangka panjang bagi korban.
“Bullying menyebabkan anak kehilangan kepercayaan diri, prestasi menurun, bahkan dapat berujung pada tindakan tragis,” ujarnya.
Ia memaparkan sejumlah akar masalah yang menyebabkan perundungan mudah terjadi, mulai dari hilangnya empati, lingkungan yang permisif, pengaruh media sosial, hingga keinginan untuk terlihat superior di kelompok pertemanan.
Di banyak tempat, katanya, tindakan perundungan tidak terungkap ke publik dan menjadi masalah laten dalam dunia pendidikan, termasuk di Aceh.
Prof. Ali menegaskan bahwa Islam memandang perundungan sebagai perbuatan tercela yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Menurutnya, agama Islam datang untuk memuliakan manusia dan bukan merendahkannya.
Ia mengutip pesan Rasulullah SAW tentang pentingnya kasih sayang dan larangan menyakiti sesama. “Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,” kata Prof. Ali.
Dalam khutbah tersebut ia menawarkan empat langkah penting untuk menghentikan perundungan. Pertama, menanamkan ketakwaan dan kesadaran bahwa setiap perbuatan diawasi oleh Allah SWT. Kedua, meningkatkan peran aktif guru, orang tua, pengasuh, dan teman sebaya dalam mencegah serta menghentikan tindakan perundungan.
Ketiga, menegakkan keadilan dan memberikan pendampingan bagi korban serta sanksi yang mendidik bagi pelaku. Keempat, menghidupkan budaya kasih sayang di lingkungan pendidikan.
“Lingkungan belajar harus menjadi ruang yang menenangkan, bukan tempat ketakutan. Kelas, asrama, dan halaman sekolah maupun pesantren harus dipenuhi sikap saling menghormati dan tolong-menolong,” ujarnya.
Melalui khutbah tersebut, Prof. Ali mengajak jamaah dan masyarakat luas untuk menjadikan nilai kasih sayang sebagai fondasi dalam mendidik generasi muda.
Ia berharap dunia pendidikan di Aceh dapat kembali menjadi ruang yang membentuk generasi beriman, berakhlak mulia, dan percaya diri. (*)



