Medan (Waspada Aceh) – Kopi Mandailing menjadi kopi terbaik Sumatera Utara yang telah melegenda dengan sebutan Mandheling Coffee sejak tahun 1825. Hilirisasi yang maksimal menjadi peluang potensi besar ekonomi dari komoditas kopi tersebut.
“Kami melihat kopi Sumatera Utara memiliki potensi ekonomi yang besar apabila kita mampu meningkatkan kualitas kopi tesebut. Tidak hanya pada level green beans (biji mentah), kita harus mampu mengekspor kopi Sumatera Utara dalam bentuk roasted beans atau biji sangrai,” kata Ketua North Sumatra Coffee Association (NSCA), Arif Rangkuti, kepada wartawan di Medan, Selasa (27/9/2022).
Untuk mencapai itu, lanjutnya, diperlukan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia dan teknologi. Sumatera Utara adalah salah satu dari lima provinsi terbanyak penghasil kopi. Total produksinya 76,59 ribu ton atau setara 10 persen dari total produksi nasional pada 2020.
Di sisi lain, apresiasi terhadap kopi unggul Sumatera Utara juga harus diperbanyak sebagai bentuk pengakuan terhadap kualitas kopi. Dia kemudian menyebut penyelenggaraan Coffee of Excellence pada Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU) yang digelar oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan Kemenparekraf dan Kemenkop dan UKM RI sebagai salah satu upaya itu. KKSU yang digelar pada 22-25 September 2022 lalu di Mall Deli Park Medan merupakan salahsatu program BI yang bertujuan untuk membina UMKM agar lebih maju.
“Coffee of Excellence merupakan ajang bagi petani untuk meningkatkan kualitas kopi mereka,” katanya.
Arif menilai hilirisasi menjadi suatu strategi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas. Jadi, komoditas yang dikirim bukan bahan baku, tetapi berupa barang setengah jadi atau jadi.
“Ini akan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan mendatangkan nilai devisa lebih besar dikarenakan besarnya kelipatan nilai jual kopi,” ujar Direktur Maga Coffee Education ini.
Muhammad Lutfi Noor Namora Rangkuti sebagai peserta termuda mewakili Maga Coffee dalam kompetisi itu mendapat posisi pertama dengan skor 84,00. Kopi yang diikutsertakan adalah arabika proses semiwashed (giling basah) dari Kelompok Tani Maju Jaya Sipirok, Tapanuli Selatan. Kopi itu kemudian dilelang seharga Rp.350.000 per KG.
Pada kesempatan yang sama juga digelar perlombaan latte art katagori umur 10 – 20 tahun, dimana Muhammad Lutfi Noor Namora Rangkuti mendapat tempat posisi kedua.
“Saat ini sudah semakin banyak anak muda dapat membuat latte art dan saya yakin kedepannya lawan tanding akan semakin kuat. Saya harus berlatih lebih ekstra,” kata Lutfi yang memasang target jadi barista tingkat dunia.(*)