Sigli (Waspada Aceh) – Ketua Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Kabupaten Pidie, Muhammad Junaidi, Jumat (28/2/2025) mengungkapkan tingginya harga daging ternak sapi dan kerbau setiap meugang di pasar tradisional, karena besarnya biaya operasional yang dikeluarkan pedagang. Salah satunya biaya lapak atau tempat jualan.
Selain itu, kata kader Golkar ini, di Kabupaten Pidie yang populasi ternak sapinya kecil, juga berpengaruh tingginya harga daging.
“Harga daging sapi dan kerbau mahal karena tidak dapat mencukupi permintaan konsumen yang banyak setiap meugang,” kata Muhammad Junaidi.
“Kan begini, terbatasnya populasi ternak sapi atau kerbau, ini menyebabkan penawaran tidak dapat mencukupi permintaan konsum. Ini kan hukum ekonomi,” lanjutnya.
Karena itu, Junaidi menyarankan Pemkab Pidie dapat meningkatkan populasi ternak, supaya kebutuhan daging dapat tercukupi dan dapat menekan harga daging di masyarakat.
Pada meugang hari pertama Ramadhan, Jumat pagi (28/2/2025), Muhammad Junaidi bersama tim Kadin Pidie sempat memantau harga daging di beberapa tempat. Di antaranya, Kembang Tanjong, Grong Grong, dan Kecamatan Muara Tiga.
Di tiga lokasi ini, kata Muhammad Junaidi, harga daging sapi dan kerbau mencapai Rp190.000 hingga Rp200.000/Kg. Artinya, harga daging di kabupaten itu tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Menurutnya, mahalnya harga daging di Pidie setiap tahun terjadi karena biaya operasional ikut menyeret harga daging meugang sangat tinggi.
” Bagi para pedagang harus mengeluarkan modal yang cukup besar. Sudah harga hewan ternak mencapai Rp18 juta – Rp20 juta, ditambah biaya tak terduga lain-lain terlalu tinggi, sehingga menyebabkan mahalnya harga daging,” katanya.
Jujur saja, kata Muhammad Junaidi, setiap pedagang daging meugang, harus mengeluarkan biaya per lapak hingga Rp600.000. (b06)