Medan (Waspada Aceh) – Penataan kawasan “kota lama” Kesawan Medan secara fisik akan dimulai Desember 2021. Di samping itu kawasan yang dipenuhi dengan bangunan tua bergaya campuran arsitektur Eropa, Melayu dan Cina, serta kaya dengan nilai artistik dan sejarah akan dijadikan sebagai ikon baru di ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Selain itu, melalui revitalisasi, Wali Kota Medan Bobby Nasution juga ingin mengembalikan kawasan Kesawan sebagai ruang pedestrian. Itu sebabnya revitalisasi yang dilakukan nanti akan diikuti dengan penataan jalan, arcade dan pembenahan kabel jaringan (ducting utility). Dengan demikian sehingga membuat siapa saja, termasuk wisatawan yang melintasi kawasan itu nantinya akan merasa tenang dan nyaman.
Kadis Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang (DPKPPR) Kota Medan sekaligus Person In Charge (PIC) Kesawan City Walk (KCW), Benny Iskandar, mengatakan wali kota ingin mengembalikan Kesawan seperti sejak awal desain pada zaman Belanda untuk fungsi pejalan kaki dengan membuat selasar-selasar atau arcade pertokoan.
Diungkapkan Benny, tidak sedikit selasar ataupun arcade yang ditutup pemilik bangunan. Untuk itulah melalui revitalisasi yang dilakukan, jelas Benny, Wali Kota Bobby ingin mengembalikannya lagi sehingga dapat difungsikan menjadi ruang pedestrian.
Untuk memberi kenyamanan pada pejalan kaki, terangnya, akan diikuti pembenahan kabel jaringan (ducting utility) serta alih fungsi drainase.
“Semua kabel jaringan yang ada di kawasan Kesawan akan kita upayakan masuk ke dalam tanah dalam bentuk ducting. Rencananya, ducting utility serta alih fungsi drainase akan dilakukan bersamaan dengan penataan secara fisik kawasan Kesawan pada Desember 2021. Sekarang sedang dikaji tim dari Kementrian PUPR, kemungkinan September baru selesai,“ jelas Benny, Minggu (27/6/2021).
Dalam rangka mendukung kelancaran revitalisasi kawasan Kesawan, Benny mengaku telah melakukan sosialisasi kepada warga sekitar, terutama pemilik bangunan tua. Direncanakan, kata Benny, awal Juli ini juga akan dilakukan sosialisasi.
“Alhamdulillah, sejauh ini, masyarakat mendukung. Sebab, mereka menginginkan melalui revitalisasi, kotanya menjadi lebih baik lagi. Sedangkan Lonsum, sudah menyatakan langsung kepada wali kota untuk kesediaannya membuka arcade, tinggal kapan direalisasikan. Berhubung menyangkut keamanan, mereka nanti yang akan membukanya sendiri,” ungkapnya.
Ketika disinggung mengenai konsep pedestrian, Benny mengatakan, yang jelas ingin mengembalikan seperti bentuk semula di mana aspal Jalan Ahmad Yani Medan yang ada saat ini, akan diganti dengan batu alam seperti pola-pola berjalan di Eropa.
“Yang sudah dikerjakan seperti di kawasan Kota Lama Semarang dan Braga Bandung. Kemungkinan (pengerjaannya) juga mengarah ke kondisi tersebut,” jelasnya.
Khusus untuk arcade, papar Benny, berhubung material yang ada saat ini tidak seragam, akan dilakukan pergantian sehingga menjadi seragam seluruhnya. Selanjutnya mengenai parkir, Benny menambahkan, juga akan dilakukan penataan. Direncanakan parkir akan dipusatkan di Jalan Kereta Api.
“Untuk pastinya kita tunggu hasil focus group discussion (FGD), sebab kita juga akan mendata berapa kendaraan masyarakat sekitar yang akan ditampung,” tegasnya.
Pengembalian Kesawan menjadi ruang pedestrian mendapat apresiasi dan dukungan dari Darma Lubis, salah seorang penggiat budaya Medan.
“Kita mendukung langkah Bobby Nasution untuk merevitalisasi kawasan Kesawan. Sebab, tujuannya untuk mengembalikan fungsinya seperti masa lalu, termasuk sebagai ruang pedestrian,” kata Darma.
Sebagai penggiat budaya, kata Darma, langkah Bobby Nasution merevitalisasi dinilai sangat positif. Hanya saja, dia berharap, agar Pemko Medan tidak hanya sekedar merevitalisasi secara fisik saja, tetapi harus diikuti dengan pengelolaan non fisiknya agar pemanfaatan dari revitalisasi yang dilakukan dapat dirasakan masyarakat.
“Pengelolaan non fisik juga sangat penting sehingga pembangunan fisik yang dilakukan tidak mubazir, sehingga revitalisasi kawasan Kesawan sebagai cagar budaya dapat dirasakan manfaatnya. Setelah mengembalikan Kesawan sebagai ruang pedestrian, Pemko Medan harus bisa mengelolanya dengan baik sehingga warga merasa aman dan nyaman saat melintas di kawasan tersebut,” saran pria yang juga sebagai sutradara Teater Siklus Medan. (sulaiman achmad)