Minggu, November 24, 2024
spot_img
BerandaAcehKeracunan Gas Terulang, Aktivis Desak Perbaikan Tata Kelola Lingkungan

Keracunan Gas Terulang, Aktivis Desak Perbaikan Tata Kelola Lingkungan

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Seorang warga Desa Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, Ayuni, 22, diduga mengalami keracunan gas yang berasal dari sumur produksi gas milik PT Medco E&P Malaka, Selasa malam (20/2/2024).

Ayuni harus dilarikan ke Puskesmas Banda Alam karena mengalami sesak nafas, mual, dan muntah-muntah. Ia dirawat sampai sore hari, namun karena puskesmas tidak memiliki rawat inap, ia disarankan untuk dirujuk ke RSU Zubir Mahmud di Idi.

Namun, keluarganya memilih untuk membawanya pulang ke rumah saudaranya, karena merasa perusahaan tidak bersedia menanggung biaya pengobatan.

“Sudah dua hari ini kondisi Ayuni masih lemas, dadanya sakit, dia tinggal di rumah saya. Harusnya di rujuk RS Zubir Mahmud, karena aksesnya jauh dan tidak ada biaya jadi tinggal di tempat saya sementara yang dekat dengan akses pengobatan,” kata Amriati, saudara Ayuni, Kamis (22/2/2024).

Amriati mengatakan informasi dari kepada Desa (keuchik), pihak perusahaan mengaku mereka tidak ada aktivitas apa pun di sana. “Padahal, bau gas itu sangat menyengat dan membuat kami sesak nafas,” jelasnya.

Dalam tiga tahun terakhir, empat anak Mariana, termasuk Ayuni yang tertua, menjadi korban keracunan gas di Idi. Pada tahun 2021, Maulinda dan Fathan dirawat di RSUD Zubir Mahmud karena menghirup gas beracun dari sumur minyak dan gas PT Medco E&P Malaka. Kemudian, pada Minggu (24/9/2023), Ayuni bersama 34 warga lainnya kembali dilarikan ke RSUD ZM akibat insiden serupa.

Menurut Aktivis Lingkungan Aceh Timur, Muhammad Nuraki, warga dusun Bukit Mamplam sudah mulai merasakan menghirup udara berbau busuk seperti septik tank atau telur busuk sejak Sabtu (17/2/2024).

“Minggunya merasakan hal yang sama. pada Senin, tepat tengah malam, warga mencium bau sangat menyengat. Ada beberapa warga mengungsi ke desa tetangga yang ada saudara untuk menghindari bau menyengat. Masyarakat resah dan panik, mengingat peristiwa sebelumnya yang mengalami hal yang sama di tahun 2023,” kata Nuraki.

Nuraki menjelaskan, kilang central processing plant (CPP) fasilitas produksi gas oleh PT Medco terletak sebenarnya di Desa Blang Nisam, Kecamatan Indra Makmu. Namun, ada sumber-sumber gas produksi yang ada di sumur-sumur. Sumur-sumur dari kilang itu berjarak sekitar 7 km. Ada satu sumur yang namanya AS11. Alu Siwah 11 lokasinya memang jaraknya sekitar 700 atau 800 meter dari pemukiman Desa Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam.

“Kami menduga, gas beracun itu berasal dari sumur AS11. Kami menilai bahwa pihak perusahaan tidak menyelesaikan persoalan tersebut dari aspek teknis. Hanya aspek sosial. Kami berharap dan terus menyuarakan dan menuntut pihak perusahaan memperbaiki tata kelola pengelolaan lingkungannya, termasuk tanggap darurat emergensi manajemen plan mereka. Warga yang hidup di sekitar tambang, harus mendapat perlindungan dan jaminan kesehatan,” tutur Nuraki.

Di tahun sebelumnya, kejadian warga menghirup gas beracun H2S, Minggu (24/9/2023), memakan korban sebanyak 35 orang harus dilarikan ke rumah sakit, termasuk lansia, 5 di antaranya anak-anak. Keluhannya sama, yaitu muntah-muntah, sesak nafas, pusing, otot lemas, dan bahkan ada yang pingsan langsung di lokasi kejadian. Selebihnya, semua warga desa tersebut sekitar 531 orang lebih harus mengungsi ke kantor Camat Banda Alam selama 4 hari.

“Dari peristiwa itu, warga tidak mendapat edukasi jika sewaktu-waktu terjadi. Tidak ada sarana evakuasi, apakah ada disediakan oksigen di titik mana. Pihak perusahaan tidak memiliki standar operasional dalam tanggap darurat. Akhirnya, hari ini kejadian Ayuni masih terjadi kasus serupa,” ujar Nuraki.

PT Medco Bantah Ada Kebocoran

Sementara itu, Keuchik Desa Panton Rayeuk T, Mahmud saat dikonfirmasi waspadaaceh.com mengatakan, ia menjumpai pihak Humas PT Medco, dan pergi ke lokasi mengecek ke lapangan bersama pihak humas PT Medco apakah sumur PT Medco ada kebocoran atau tidak. Tapi tidak ada pekerjaan di sana Rabu (21/2/2024). Pasalnya, pihak PT Medco membantah bahwa hal itu berkaitan dengan aktivitas mereka.

“Kami sudah berkoordinasi dengan pihak perusahaan, mereka mengatakan tidak ada kebocoran gas dari sumur mereka, tidak ada aktivitas apapun di sana, kami minta pihak perusahaan bertanggung jawab atas kejadian ini.”

“Kami juga minta pemerintah daerah dan pusat turun tangan menyelesaikan masalah ini. Kami tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi. Kami ingin hidup tenang dan sehat di sini,” kata Mahmud.

Sementara itu, pihak PT Medco E&P Malaka belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan keracunan gas beracun yang dialami warga Aceh Timur. Upaya konfirmasi masih belum mendapat jawaban. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER