Senin, November 25, 2024
spot_img
BerandaAcehJurnalis di Aceh Diminta Beri Ruang Pemberitaan Sensitif Gender

Jurnalis di Aceh Diminta Beri Ruang Pemberitaan Sensitif Gender

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Media massa diharapkan dapat berperan dalam menciptakan kesetaraan dan keadilan gender di Aceh. Salah satu caranya adalah dengan memberikan ruang pemberitaan yang sensitif gender, yaitu memperhatikan sudut pandang, kepentingan, dan hak-hak perempuan dalam setiap liputan.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Flower Aceh, Riswati, dalam kegiatan Mini Workshop Sensitivitas Gender bagi Jurnalis di Aceh yang digelar di Meeting Room SOBA, Sabtu (10/2/2024).

“Media massa memiliki tanggung jawab sosial untuk mengedukasi masyarakat, mengadvokasi perubahan, dan memberikan suara bagi kelompok yang kurang terwakili. Media juga semestinya menyeimbangkan porsi narasumber laki-laki dan perempuan dalam liputan-liputannya,” kata Riswati.

Riswati menilai masih banyak pemberitaan media yang masih bias gender, khususnya yang terkait dengan konten yang menampilkan representasi perempuan. Ia menyebutkan hasil kajian beberapa lembaga bahwa media massa sering menempatkan perempuan di ranah domestik, dan kecantikan seperti dalam tayangan iklan, sinetron.

“Hanya sedikit program TV dan radio yang memberdayakan perempuan. Padahal, sangatlah penting untuk membangun perspektif yang lebih adil dalam membingkai perempuan di media,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan para jurnalis dalam pemberitaan untuk menghindari membela pelaku, menggunakan diksi yang sensasional, sadis, dan bombastis, serta menulis secara vulgar dalam meliput kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan.

“Kasus perkosaan, tidak menyalahkan korban, dan tidak mengekspos identitas korban. Judul pemberitaan juga harus berpihak pada korban, bukan pada pelaku,” tuturnya.

Riswati juga menekankan bahwa keadilan gender dalam pembangunan demokrasi harus mencakup akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang sama bagi laki-laki maupun perempuan.

Dalam kegiatan tersebut, juga turut menjadi narasumber dua jurnalis senior, yaitu Yarmen Dinamika dari Serambi Indonesia dan Zulkarnaini Masry dari Harian Kompas. Mereka berbagi pengalaman dan tips dalam meliput isu-isu gender di Aceh.

Yarmen Dinamika mengatakan bahwa media massa memiliki peran strategis dalam mendukung keadilan gender dan pemenuhan hak asasi perempuan dalam perdamaian dan pembangunan Aceh. Menurutnya media massa harus menjadi alat untuk menyuarakan aspirasi, kepentingan, dan hak-hak perempuan, serta mengkritisi kebijakan-kebijakan yang diskriminatif terhadap perempuan.

Zulkarnaini Masry menambahkan bahwa di Aceh jurnalis perempuan mulai ramai, hal ini menjadi peluang untuk memiliki agenda bersama dengan mitra strategis dalam hal mempromosikan kesetaraan gender.

Dia juga menyampaikan beberapa ide liputan yang bisa dijadikan pemberitaan seperti cerita perjuangan perempuan akar rumput, cerita perempuan di dunia politik, ulama perempuan, advokasi pemenuhan hak korban kekerasan, dll.

“Jangan hanya meliput peristiwa, tapi juga menggali hal-hal yang terjadi di balik peristiwa. Misalnya, kasus perceraian di Aceh sekarang banyak kasus perempuan yang menggugat, ada apa di balik itu? Jurnalis bisa mengangkat isu-isu seperti ini dengan cara yang kritis dan berimbang,” tuturnya.

Mini Workshop yang diikuti oleh puluhan jurnalis ini merupakan kerja sama antara Flower Aceh bersama dengan Nonviolent Peace Force dengan dukungan Kedutaan Besar Belanda. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER