Banda Aceh (Waspada Aceh) – Juru Bicara pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh nomor urut 1, Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi, Hendra Budian, menanggapi hasil survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang mencatat undecided voters sebesar 24,3 persen.
Ia menilai angka tersebut menunjukkan kegagalan penyelenggara survei menggali aspirasi calon pemilih, terutama jelang pemungutan suara yang tinggal kurang dari sebulan.
“Angka undecided voters sebesar 24,3 persen ini menunjukkan rendahnya kualitas enumerator survei dalam menggali pilihan responden. Banyak kemungkinan responden sebenarnya sudah memiliki pilihan, tetapi tidak berani menyatakannya,” ujar Hendra, saat dikonfirmasi waspadaaceh.com Rabu (20/11/2024).
Hendra menilai, angka undecided voters yang tinggi di waktu kritis ini menjadi tantangan besar bagi semua pihak, termasuk penyelenggara survei.
“Seharusnya survei mampu memotret aspirasi publik secara lebih akurat, terlebih dalam momentum krusial seperti sekarang,” tambahnya.
Meski demikian, Hendra optimistis angka undecided voters tersebut menjadi peluang besar bagi pasangan Bustami-Fadhil untuk memperkuat dukungan. Ia juga menilai hasil survei ini tetap menjadi bahan evaluasi tim.
“Kami menghormati hasil survei LSI sebagai referensi dinamika politik. Fokus kami adalah terus meraih kepercayaan masyarakat melalui kerja nyata dan program-program yang relevan,” ujarnya.
Hendra menyebut tren elektabilitas pasangan Bustami-Fadhil terus meningkat. Berdasarkan data survei LSI, elektabilitas mereka yang awalnya hanya 13,2 persen pada Juli lalu kini hampir menyentuh angka 30 persen.
“Ini akselerasi luar biasa yang membuktikan masyarakat Aceh semakin percaya pada visi dan misi kami,” tambahnya.
Ia menjelaskan, program unggulan Bustami-Fadhil dirancang untuk menjawab kebutuhan masyarakat Aceh.
Beberapa fokus utamanya adalah penguatan UMKM untuk membuka lapangan kerja baru. Peningkatan kualitas pendidikan sebagai investasi masa depan.
Pemberdayaan dayah dan penguatan Syariah Islam yang inklusif. Pembangunan infrastruktur konektivitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah terpencil.
“Kami tidak menawarkan janji kosong. Program kami dirancang untuk menciptakan Aceh yang aman, nyaman, dan inklusif,” tegasnya.
Selain itu, Hendra menekankan pentingnya pendekatan langsung ke masyarakat. “Kami hadir mendengar keluhan, menyerap aspirasi, dan memberikan solusi nyata. Dengan pendekatan ini, kami yakin dapat memenangkan hati pemilih,” tutupnya. (*)