Selasa, Februari 11, 2025
spot_img
BerandaPolitikIni Sosok Mualem, dari Panglima GAM Kini ke Kursi Gubernur

Ini Sosok Mualem, dari Panglima GAM Kini ke Kursi Gubernur

“Di masa konflik, Mualem hidup dalam persembunyian, berpindah dari satu hutan ke hutan lain, dari satu daerah ke daerah yang lain”

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian atas nama Presiden Republik Indonesia bakal melantik Muzakir Manaf atau yang lebih akrab disapa Mualem sebagai Gubernur Aceh periode 2025-2030.

Dalam menjalankan tugasnya memimpin Aceh selama 5 tahun ke depan dia akan dibantu oleh wakilnya Fadhlullah (Dek Fadh). Mualem-Dek Fadh akan dilantik dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), di Gedung Utama DPRA, Rabu pagi besok (12/2/2025).

Mualem dan Dek Fadh dilantik lebih awal dibandingkan dengan gubernur dan wakil gubernur daerah lain yang dilantik serentak 20 Februari. Pelantikan ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh atau yang dikenal dengan sebutan UU PA 2006.

Besok dilantik, tentu publik bertanya-tanya tentang siapa sosok Mualem yang akan memimpin Tanah Rencong ini. Walaupun Mualem bukanlah orang baru dalam sejarah perjuangan Aceh.

Meski namanya sudah pamiliar di kalangan masyarakat Aceh sejak dulu, publik masih banyak belum tau tentang karier politik, pendidikan, keluarga hingga sepak terjangnya untuk Aceh.

Dikutip dari berbagai sumber, Muzakir Manaf lahir di Seunuddon, Aceh Utara, 3 April 1964. Saat ini Mualem berumur 60 tahun. Ia tumbuh di bawah asuhan kedua orang tuanya, Manaf dan Zubaidah, dalam suasana Aceh yang kala itu masih diliputi ketegangan politik dan keamanan.

Pendidikannya dimulai di MIN Sampoyniet pada tahun 1971-1977, kemudian berlanjut ke SMPN IDI pada 1978-1981 dan SMU di Panton Labu pada 1981-1984.

Memilih Bergerilya di Hutan

Sekitar tahun 1980-an Mualem mulai ikut bergerilya di hutan-hutan Aceh bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sebuah kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan bagi Aceh berpisah dari Indonesia.

Pada tahun 1986, Mualem berangkat ke Libya, di mana ia menerima pelatihan tempur atau kemiliteran bersama anggota GAM lainnya. Nama Muzakir Manaf semakin dikenal setelah pulang dari Libya.

Mualem dinilai piawai dalam strategi militer, sehingga dia sering memimpin pasukan GAM dalam pertempuran dengan TNI. Setelah tewasnya Panglima GAM Abdullah Syafi’i dalam pertempuran sengit dengan pasukan TNI pada tahun 2002, Muzakir Manaf diangkat sebagai Panglima GAM menggantikan Abdullah Syafi’i.

Di masa konflik, Mualem hidup dalam persembunyian, berpindah dari satu hutan ke hutan lain, dari satu daerah ke daerah yang lain, kala itu ditemani istrinya bernama Marlina Usman.

Perjuangan bersenjata berakhir dengan adanya perjanjian damai MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005. GAM setuju untuk menghentikan perlawanan, dan Aceh memperoleh status khusus dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Setelah MoU, Mualem memimpin Komite Peralihan Aceh (KPA), organisasi yang membantu mantan kombatan kembali ke masyarakat. Setelah perdamaian itu, jalan hidup Mualem pun berubah. Ia tak lagi bertempur dengan senjata di hutan belantara, melainkan dengan strategi politik.

Berjuang Lewat Politik

Bersama tokoh GAM lainnya, pada 2007, ia mendirikan dan menjadi Ketua Umum Partai Aceh (PA), partai yang lahir dari semangat perjuangan eks-kombatan GAM. PA saat ini menjadi penguasa kursi di DPRA.

Karier politik Mualem terus menanjak, hingga akhirnya ia terpilih dalam pemilihan umum sebagai Wakil Gubernur Aceh pada periode 2012-2017, mendampingi Gubernur Zaini Abdullah.

Selain di pemerintahan, Mualem juga aktif di berbagai organisasi. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat DPD Partai Gerindra Aceh (2013-2022), serta memimpin Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh (2018-2023).

Pada Pilpres 2024, ia ditunjuk sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional wilayah Aceh untuk pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Kini, di usia 60 tahun, Mualem kembali ke puncak kekuasaan sebagai Gubernur Aceh. Dia bersama pasangannya Dek Fadh terpilih dengan suara terbanyak dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh 2024.

Tantangan yang dihadapinya tentu tidak mudah. Aceh masih bergelut dengan berbagai persoalan, mulai dari kemiskinan, ekonomi, infrastruktur, hingga kesejahteraan masyarakat.

Namun, bagi para pendukungnya, Mualem adalah simbol ketahanan dan keberanian. Dari seorang panglima perang, ia kini diharapkan menjadi pemimpin yang dipercaya untuk membawa Aceh ke masa depan yang lebih baik.

Apakah kepemimpinan Mualem akan mengulang kejayaannya di masa lalu? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang pasti, perjalanan hidupnya telah membuktikan bahwa ia adalah sosok yang kuat dan berani. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER