Lhokseumawe (Waspada Aceh) – Kapolres Kota Lhokseumawe, AKBP Ari Lasta Irawan, Kamis (11/7/2019), di Mapolres setempat menyebutkan, Polres telah menangkap pimpinan dan guru salah satu dayah (pesantren) karena mencabuli para santrinya yang berusia di bawah umur.
Lebih jauh Ari Lasta Irawan menjelaskan kronologis kejadian kepada insan pers, bahwa kasus pelecehan seksual terjadi sejak bulan September 2018 di pesantren AN. Pelecehan seksual dilakukan oleh tersangka AI, 45, yang merupakan pimpinan pesantren di Desa Panggoi, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe. Tersangka lainnya adalah guru di pesantren itu dengan inisial MY, 26.
Tersangka AI setidaknya telah mencabuli 15 orang santri laki-laki yang masih berusia di bawah umur, dan itu dilakukan secara berulang. Sedangkan tersangka MY mencabuli seorang santri laki-laki dua kali. Namun hingga saat ini baru orang tua dari 5 santri yang sudah melapor ke polisi.
Petugas sebelumnya telah mendatangi korban dan isteri pelapor di rumahnya, untuk mengambil keterangan dari korban dan ibunya. Setelah itu, penyidik menerbitkan laporan dengan terlapor MY.
“Dari keterangan awal yang didapat oleh penyidik, bahwa yang melakukan tindakan pelecehan seksual kepada korban adalah MY dan AI yang merupakan guru dan pimpinan pesantren itu,” sebut Ari Lasta melalui siaran pers yang dibagikan kepada para wartawan.
Kemudian, penyidik melakukan pemeriksaan kepada dua orang korban lainnya, dan ketika dikembangkan ternyata ada beberapa korban lainnya lagi. Jumlah korban seluruhnya sedikitnya 6 orang santri laki-laki yang masih di bawah umur.
Kedua tersangka dijerat dengan pasal 47 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat dengan ancaman cambuk paling banyak 90 kali atau denda paling banyak 900 gram emas murni atau penjara paling lama 90 bulan. (b18).
