Banda Aceh (Waspada Aceh) – Pasca kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pekan lalu, sejumlah penarik becak terpaksa menaikkan tarif guna menyesuaikan dengan kondisi saat ini.
Salah seorang penarik becak, Saiful, saat dijumpai waspadaaceh.com, Selasa (13/8/2022) menyebutkan, dua hari setelah pemerintah menaikkan harga BBM, pihaknya sepakat menaikkan tarif untuk mengimbangi pemasukan dan pengeluaran.
Meski begitu, tarif yang ditetapkan juga tidak terlalu tinggi. Hanya menaikkan Rp5 ribu per tripnya. Dia mengatakan sebelum ada kenaikan ongkos saja sudah sepi penumpang, apalagi kondisi saat ini.
“Sebagai contoh, rute dari Hotel Medan – Pasar Aceh seharga Rp15 ribu dari sebelumnya Rp10 ribu,” sebutnya.
Dia mengakui, selama kenaikan BBM, mereka sudah memberi pemahaman kepada penumpang supaya memaklumi tarif yang ditetapkan lebih dari sebelumnya. Namun, sebagian penumpang tidak memahami kondisi ini bahkan seringkali terjadi perdebatan antara abang becak dengan penumpang.
“Untuk rute ke Pasar Aceh sebagian penumpang minta Rp10 ribu, dah nggak wajar lagi,” sambungnya.
Menurutnya, harga tersebut masih normal mengingat BBM sudah naik. Penetapan tarif itu juga bukan atas dasar kemauannya, hanya saja mereka menyesuaikan dengan harga BBM.
Saiful berharap, di tengah kondisi seperti ini, pemerintah hadir untuk memberikan solusi. Walaupun kebijakan kenaikan BBM tidak diambil oleh Pemerintah Aceh, namun menurut dia, DPRA sebagai wakil rakyat bisa bertindak secara tegas menolak keputusan pemerintah atas kenaikan BBM.
“Jangan hanya diam. Harusnya wakil rakyat ni harus bicara yang lantang,” tegasnya.
Dalam situasi ini juga, ia meminta supaya DPRA tidak menelantarkan rakyat begitu saja. Apalagi, kedudukan mereka di lembaga itu berkat adanya suara dari rakyat.
“Sudah sepatutnya DPRA berdiri di atas kepentingan rakyat,” sambung Saiful ditemani M. Ikhsan, penarik becak lainnya.
Intinya, kenaikan BBM ini membuat abang becak menjerit, ditambah lagi dengan hadirnya ojek online (ojol) yang tarifnya jauh lebih murah. (Kia Rukiah)