Jumat, April 26, 2024
Google search engine
BerandaLaporan KhususIKM Aceh di Tengah Terpaan COVID-19, Bisnis Makanan/Minuman Lebih Mampu Bertahan

IKM Aceh di Tengah Terpaan COVID-19, Bisnis Makanan/Minuman Lebih Mampu Bertahan

Pebisnis sektor makanan dan minuman bisa menjalankan strategi pemasaran atau peningkatan omzet dengan berinovasi sesuai perubahan perilaku konsumen dari masa ke masa” 

— Kadisperindag Aceh Mohd Tanwier —

Usaha makanan dan minuman (kuliner dan makanan ringan) dianggap menjadi salah satu sektor bisnis yang tahan terhadap krisis ekonomi di Provinsi Aceh, seperti di masa pandemi COVID-19 sekarang ini. Usaha Industri Kecil Menengah (IKM) sektor ini memiliki beberapa keunggulan dalam menghadapi krisis.

Salah satu faktor yang menyebabkan usaha makanan berpeluang menjanjikan dan tahan banting dalam masa pandemi, karena dalam situasi sesulit bagaimana pun masyarakat tetap membutuhkan pasokan makanan dan minuman. Dengan demikian, sektor ini tidak akan pernah surut dan kehilangan konsumen. Produk-produk makanan ringan bisa tetap terjual, meski ada penurunan omzet, tapi tidak sampai menghentikan operasional usaha IKM tersebut.

“Bisnis di sektor makanan dan minuman juga dianggap membutuhkan modal yang relatif kecil, tenaga kerja yang tak terlalu banyak, namun memiliki margin/laba yang besar dan perputaran arus kas yang cepat. Beberapa faktor tersebut membuat bisnis ini tetap bertahan dari krisis besar,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Aceh, Mohd Tanwier, menjawab pertanyaan Waspadaaceh.com, Jumat (7/5/2021).

Kadis Perindag menyebutkan, ketika krisis ekonomi melanda suatu wilayah, bisnis kuliner bisa saja mengalami penurunan omzet. Namun perputaran uang yang besar dalam waktu cepat membuat sektor ini tak memiliki alasan untuk mengalami kebangkrutan.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Aceh, Mohd Tanwier, menunjukkan contoh produk IKM Aceh di ruang kerjanya, Selasa (20/4/2021). (Foto/Dok.Waspadaaceh.com)

Pebisnis sektor makanan dan minuman bisa menjalankan strategi pemasaran atau peningkatan omzet dengan berinovasi sesuai perubahan perilaku konsumen dari masa ke masa, lanjut Mohd Tanwier melalui keterangan tertulisnya.

Intinya, diperlukan integritas dalam jiwa setiap pelaku usaha sehingga muncul peluang untuk mendapatkan kepercayaan konsumen. Terutama ketika banyak pesaing tidak mampu memenuhi janjinya.

“Maka manfaatkanlah bisnis kuliner saat masa krisis supaya kita tetap mendapatkan konsumen meski keadaan sedang sulit. Contoh IKM yang bertahan diantaranya Bawadi Kopi dan Dendeng Aceh. IKM tersebut kami apresiasi sanggup bertahan di tengah situasi wabah covid sekarang ini,” kata Kadis Perindag Aceh.

Salah satu IKM di Aceh Utara yang memproduksi makanan kering dari bahan baku baby kepiting yang diberi brand, Moeda Baby Crab Crispy. Bisnis ini tetap bertahan di masa pandemi COVID-19. (Foto/Syaiful)

Makanan Kaleng dan Makanan Beku

Pandemi yang tak menentu membuat banyak orang menyetok makanan. Oleh karena itu, bisnis makanan kaleng dan makanan beku memiliki prospek cukup cerah karena produknya yang tahan lama.

“Misalnya UD. Thunus Saputra, UD Kapal Tsunami, dan Aroma Food. IKM ini menjual produk berupa bakso ikan, nugget, dimsum, ekado, yang permintaannya tetap ada walau di masa pandemi ini,” kata Mohd Tanwier.

Selain itu, kata Kadis Perindag Aceh, produk herbal di masa pandemi juga cukup eksis bertahan. Seperti produk jamu dan minuman herbal.

Minuman ekstrak lemon dan daun kelor dipercaya sebagai asupan vitamin C yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi COVID-19 ini. Salah satu mereknya yang dikenal yaitu Air Jeruk Lemon kemasan dan jamu teh daun kelor merek Ben Ali yang diproduksi di Aceh Utara.

Aceh Miliki 41 Ribu IKM

Menurut Mohd Tanwier, Provinsi Aceh saat ini memiliki hampir 41 ribu IKM, dengan berbagai sektor usaha atau jenis industri, yang tersebar di seluruh daerah di Aceh.

Keberadaan IKM di Provinsi Aceh ini menjadi bagian penting dalam mendukung perekonomian di daerah, karena para pelaku IKM memang mampu hidup dari hasil penjualan produknya sendiri.

Para pelaku IKM ini yang bisa dikatakan benar-benar mampu tetap mandiri dalam situasi apapun, termasuk pada masa krisis seperti sekarang.

“Mereka bekerja memproduksi berbagai produk, kemudian menjualnya kepada masyarakat. Jadi mereka hidup dari hasil penjualan produknya sendiri,” kata Kadis Perindag Aceh itu.

Karena harus menghidupi sendiri usahanya, kata Kadis Perindag, maka para pelaku IKM harus lebih kreatif untuk menciptakan produk-produknya agar tetap laku di pasaran. Pemerintah Aceh, melalui Dinas Perindag dan instansi terkait lainnya, kata Mohd Tanwier, mendorong para pelaku IKM ini agar tetap bisa bertahan, bahkan bisa berkembang menjadi lebih baik. (Adv)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER