Banda Aceh (Waspada Aceh)– Guru dan tenaga pendidik di dayah serta kader Poskesda di Aceh dibekali pelatihan dalam program Aksi Bergizi.
Program ini dirancang untuk meningkatkan kesehatan santri sekaligus menekan angka anemia dan stunting di kalangan remaja Aceh.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh UNICEF, Flower Aceh, dan Pemerintah Aceh ini berlangsung pada 5-6 Februari 2025 di Hotel Ayani, Banda Aceh.
Sebanyak 26 peserta yang merupakan perwakilan dari belasan dayah di Aceh turut terlibat dalam pelatihan tersebut.
Kepala Perwakilan UNICEF Aceh, Andi Yoga Tama, dalam sambutannya mengatakan pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas tenaga pendidik dalam mendukung program gizi di lingkungan dayah.
Program Aksi Bergizi di dayah terdiri dari tiga komponen utama: pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada remaja seminggu sekali untuk mencegah anemia, edukasi gizi dan perubahan perilaku untuk meningkatkan kesadaran akan pola makan sehat, serta pembinaan lingkungan sehat guna mendukung kesehatan santri secara menyeluruh.
“Kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam mengatasi tingginya prevalensi anemia dan stunting di kalangan remaja, terutama santri di Aceh,” ujar Andi.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, sekitar 15,5% remaja berusia 15-24 tahun mengalami anemia.
Sementara itu, hanya 45,2% remaja putri berusia 10-19 tahun yang rutin mengonsumsi TTD. Di Aceh, salah satu alasan utama rendahnya angka konsumsi TTD adalah kurangnya informasi, yang mencapai 52%.
Kabid Pembinaan Sumber Daya Manusia Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Andriansyah, dalam sambutannya mengataknprogram ini merupakan langkah konkret pascapeluncuran Aksi Bergizi pada 24 Januari 2025 lalu.
“Kami terus mendorong implementasi program ini di dayah. Dengan komitmen dari berbagai pihak, diharapkan kesehatan santri meningkat dan prestasi belajar pun semakin baik,” katanya.
Dayah sebagai Ujung Tombak
Pimpinan Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk. Marbawi Yusuf, menyambut baik program ini mengingat dayah di Aceh mencapai lebih dari 1.600 institusi dengan jumlah santri yang sangat besar.
“Santri di Aceh yang jumlahnya jutaan umumnya tinggal di asrama. Ini membuat mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan. Maka, keterlibatan teungku, ustaz, dan ustazah dalam menjaga kesehatan santri sangat penting,” ungkapnya.
HUDA juga menegaskan komitmennya untuk mendukung keberlanjutan program ini. “Menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah. Program ini harus kita sukseskan bersama demi kemaslahatan umat,” tambah Tgk. Marbawi Yusuf.
Dalam sesi orientasi, peserta mendapatkan materi tentang gizi seimbang, pencegahan anemia, edukasi hidup sehat, serta mekanisme pemberian TTD.
Mereka juga diajarkan cara mengelola Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di dayah dan metode edukasi gizi berbasis permainan interaktif agar lebih menarik bagi santri.
Direktur Flower Aceh, Riswati, berharap para Guru Pembina dan Kader Poskesda dapat lebih aktif dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja mengenai gizi seimbang, selain itu sekolah, madrasah dan dayah juga bisa memasukan edukasi gizi dalam intrakurikuler.
Ia menekankan bahwa investasi dalam kesehatan remaja memiliki dampak jangka panjang bagi tiga generasi sekaligus.
Kesadaran akan gizi dan hidup sehat harus ditanamkan ke anak sejak dini agar anak bisa tumbuh menjadi Remaja yang sehat dan menjadi individu yang lebih produktif serta mampu belajar dengan baik.
“Ketika mereka dewasa dan menjadi orang tua, mereka dapat melahirkan serta merawat anak dengan optimal. Pada akhirnya, generasi berikutnya juga akan lahir dengan kualitas yang lebih baik, terhindar dari stunting, dan memiliki masa depan yang lebih cerah,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa memastikan remaja, terutama santri di dayah, mendapatkan edukasi gizi yang baik bukan hanya untuk kepentingan mereka saat ini, tetapi juga untuk kesejahteraan bangsa di masa depan. (*)