Banda Aceh (Waspada Aceh) – Koordinator Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh, Askhalani, mengingatkan pentingnya peran jurnalis sebagai penjaga ruang informasi yang sehat di tengah maraknya hoaks dan disinformasi di era digital saat ini.
Hal itu disampaikan dalam kegiatan pelatihan konsolidasi wartawan yang digelar GeRAK selama dua hari, Senin–Selasa, 14–15 Juli 2025, di Banda Aceh.
Pelatihan yang diikuti puluhan jurnalis dari berbagai media lokal ini bertujuan membekali jurnalis dengan keterampilan mendeteksi dan menangkal informasi palsu yang dinilai kian masif penyebarannya di Aceh.
“Hoaks bukan sekadar kabar bohong, tapi bisa menjadi alat propaganda yang berbahaya bagi demokrasi. Peran jurnalis sangat vital sebagai penjaga akurasi dan integritas informasi publik,” tegas Askhalani.
Ia menambahkan, Aceh termasuk daerah yang rentan terhadap distorsi informasi, terlebih jika menyangkut isu-isu sensitif seperti politik, sejarah, dan agama.
“Karena itu, dibutuhkan kesiapan mental dan keterampilan teknis bagi jurnalis untuk menghadapi tantangan tersebut,” ujarnya.
Selama pelatihan, peserta mendapatkan materi mendalam terkait anatomi hoaks, pola penyebarannya, serta pengenalan konsep prebunking dan debunking. Prebunking merupakan strategi pencegahan sebelum hoaks menyebar, sedangkan debunking adalah upaya membongkar dan meluruskan informasi salah yang sudah beredar.
Selama pelatihan juga memperkenalkan berbagai tools digital untuk memeriksa apakah suatu informasi tergolong hoaks atau tidak.
Fasilitator dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Puji F. Susanti, mengatakan jurnalis lokal perlu mengambil inisiatif dalam memverifikasi informasi dan tidak semata-mata menunggu klarifikasi dari tingkat nasional.
“Masalahnya, belum banyak media di Aceh yang memiliki kanal periksa fakta. Padahal ini penting agar masyarakat tidak terus menjadi korban disinformasi,” jelas Puji.
Ia mendorong jurnalis daerah untuk memasukkan elemen cek fakta dalam berbagai bentuk karya jurnalistik, baik berupa berita langsung (straight news), investigasi, maupun liputan mendalam (in-depth).
“Yang penting adalah ada proses verifikasi di dalamnya. Dan itu bisa dimulai dari lokal untuk lokal,” tuturnya.
Kegiatan ini juga menghadirkan sesi khusus tentang keselamatan jurnalis saat meliput isu-isu yang berisiko tinggi, termasuk saat menyelidiki jejaring penyebar hoaks. (*)