Medan – Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara menyatakan, adanya penurunan ekspor karet alam Sumut mencapai 22.169 ton hingga Mei 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu.
Salah satunya karena adanya kebijakan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) ASEAN dan susahnya mencari sumber karet.
“Ekspor karet alam Sumut Januari-Mei 2019 sebesar 174.345 ton. Volume ini mengalami penurunan sebesar 22.169 ton atau 11 persen dibandingkan periode yang sama pada 2018 lalu,” kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah, Kamis (20/6/2019) di Medan.
Edy mengatakan, penurunan ini karena masih adanya AETS ASEAN. Penyebabnya April-Mei menjalankan AETS ke 6 (pembatasan ekspor). AETS sendiri akan berlangsung sampai Juli 2019.
“AETS masih berlangsung. Karena hingga kini, juga selain AETS adanya kesulitan mencari bahan baku. Apalagi banyak petani karet yang beralih ke tanaman umbi-umbian dan lainnya yang lebih menguntungkan. Harga karet yang masih rendah menjadi salah satu alasannya,” ungkapnya.
Dia menuturkan data yang dihimpun pihaknya. Januari ekspor karet alam mencapai 36.889 ton di (tahun 2018) sedangkan Januari 2019 hanya 38.435 ton.
“Untuk Februari sebesar 42.719 ton (2018) dan 37.528 ton (2019), Maret 42.397 ton (2018) dan 37.210 ton (2019), April 46.109 ton (2018) dan 40.583 ton (2019) serta Mei 44.311 ton (2018) dan 41.088 ton (2019). Totalnya, Januari-Mei 2018 196.514 ton dan Januari-Mei 2019 174.345 ton dengan selisih 22.169 ton (11 persen),” tegasnya.
Edy menuturkan pihaknya berharap adanya kebijakan pemerintah yang mendukung penyerapan karet secara nyata tidak hanya wacana. Dengan begitu, maka karet lokal juga akan terdongkrak naik harganya.
Apalagi, rencana kebijakan AETS kawasan ASEAN katanya untuk mendongkrak harga, namun hingga kini kebijakan itu tidak efektif.(sulaiman achmad)