Kamis, November 13, 2025
spot_img
BerandaAcehEkspedisi Sungai Singkil 2025: Menguak Pesona Pulau Perbatasan di Singkil Utara

Ekspedisi Sungai Singkil 2025: Menguak Pesona Pulau Perbatasan di Singkil Utara

Ombak sesekali menari, mengguncang kapal, namun birunya laut yang tak bertepi menghipnotis setiap mata, seolah waktu berhenti.

Ombak tenang membelai perairan Aceh Singkil pagi itu, Rabu (10/11/2025). Dari dermaga Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Anak Laut, KM Elarizki 34 GT perlahan membelah laut, membawa Tim Ekspedisi Sungai Singkil 2025 menuju petualangan tiga jam ke gugusan pulau terluar di Kecamatan Singkil Utara, Provinsi Aceh.

Yusdar, sang nahkoda, dengan tangan kokoh memegang kemudi, matanya menatap cakrawala. “Sudah biasa saya ke Pulau Banyak, tapi ke Singkil Utara tergantung acara. Transportasi begini hanya ramai saat ada kegiatan,” ujarnya, menyiratkan potensi wisata yang belum tergarap.

Tiga jam di tengah laut menjadi simfoni tersendiri. Ombak sesekali menari, mengguncang kapal, namun birunya laut yang tak bertepi menghipnotis setiap mata, seolah waktu berhenti.

Ekspedisi kali ini menelusuri Pulau Panjang, salah satu dari empat pulau terluar yang pernah menyimpan cerita sengketa batas wilayah antara Aceh dan Sumatera Utara. Amrul Badri, seorang pegiat budaya Singkil, berbagi kisah tentang nama-nama unik pulau tersebut.

“Ada yang bilang ‘Mangkir’ itu monyet, ada juga yang bilang dari kata ‘singgah’,” tuturnya, menambah warna perjalanan.

Kapal melintas dekat Pulau Birahan, tempat para nelayan mencari teduh. Pulau Mangkir Gadang dan Mangkir Ketek tampak seperti titik hijau di tengah laut, sementara Pulau Lipan hanya berupa hamparan pasir putih, menandakan tujuan sudah dekat.

Tugu bertuliskan Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil dengan nama dan koordinat Pulau Panjang menjadi penanda wilayah salah satu pulau terdepan di Provinsi Aceh. (Foto/Cut Nauval D)

Pulau Panjang menyambut dengan garis hijau memanjang. Dermaga kayu yang rapuh menuntut kehati-hatian di setiap langkah. Pulau tak berpenghuni ini hanya memiliki rumah biru sederhana untuk nelayan, tugu penanda wilayah, dan pohon kelapa yang melambai.

Namun, lebih dari sekadar keindahan, pulau ini menyimpan nilai sejarah dan spiritual. Makam seorang aulia yang sering diziarahi menjadi bukti bahwa Pulau Panjang bukan hanya indah, tetapi juga kaya akan budaya dan religi.

Ekspedisi ini adalah hasil kolaborasi Komunitas Pemuda Singkil Peduli Budaya dengan BPK (Balai Pelestarian Kebudayaan) Wilayah I Aceh. Cut Zahrina, Kasubbag Umum BPK Wilayah I Aceh, melihat potensi besar di pulau ini.

“Pulau Panjang punya nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Jika dikembangkan dengan hati-hati, bisa menjadi wisata budaya dan edukasi yang menarik,” ujarnya.

Fiki Amelia dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Singkil menambahkan, “Kondisinya memang belum siap untuk wisata. Dermaga sulit dijangkau, transportasi terbatas, fasilitas minim. Tapi potensinya sangat besar jika dikembangkan dengan konsep yang baik.”

Tim ekspedisi berfoto dengan latar keindahan bahari Pulau Panjang, dan gugusan Pulau Mangkir Gadang, Mangkir Ketek, dan Pulau Lipan yang tampak dari kejauhan. (Foto/Cut Nauval D).

Bagi para pemuda Singkil, menjejak Pulau Panjang adalah pengalaman pertama menginjak wilayah terluar Aceh. Kebanggaan bercampur harapan agar pulau-pulau ini tidak lagi terlupakan.

Saudah, warga Rantau Gedang, mengungkapkan kekagumannya. “Pulau Panjang dan pulau-pulau di sekitarnya bukan sekadar titik di peta. Ia menyimpan kisah tentang batas negeri, jejak budaya, dan harapan baru,” katanya.

Ekspedisi ini bukan hanya perjalanan maritim, tetapi juga perjalanan menemukan kembali wajah Aceh Singkil yang nyaris terlupa.

4 Pulau di Perbatasan Akan Jadi Aset Wisata Baru Aceh Singkil

Bupati Aceh Singkil, Safriadi Oyon, saat menyambut tim ekspedisi, dengan optimisme mengatakan, pemerintah berencana mengembangkan infrastruktur laut dan darat untuk membuka akses ke pulau-pulau tersebut.

“Kita akan kembangkan empat pulau ini, termasuk pembangunan dermaga dan fasilitas pendukung, agar bisa dimanfaatkan secara optimal,” ujarnya.

Kini, Pulau Panjang dan pulau-pulau di sekitarnya berdiri tenang di perbatasan laut Aceh, menanti sentuhan pembangunan yang bijak.(*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER