“Dengan minimnya wisata di sekitaran Banda Aceh dan Aceh Besar, saya rasa kebun kurma barbate Haji Syukri ini salah satu wisata yang super lengkap dan cocok untuk semua kalangan”
Siapa sangka bahwa pelopor kebun kurma di Indonesia terletak di Aceh Besar. Cerita itu berawal dari Haji Syukri Syafi’I dan Mahdi membentuk Koperasi Petani Kebun Kurma di daerah Barbate.
Di ladang yang cukup luas, dia menanam pohon kurmanya, yang belakangan menjadi viral. Sangking viralnya keberadan kebun kurma di Aceh, Haji Syukri pun membuka kebunnya untuk umum, yang dikenal dengan Kebun Kurma Barbate Haji Syukri.
“Awalnya ini kebun pribadi, tetapi karena banyaknya pengunjung, akhirnya kami buatkan kafe untuk orang bisa duduk,” tutur Woyla Fahira, Manager Kebun Kurma Barbate Haji Syukri sekaligus anak dari Haji Syukri, baru-baru ini.
Saat mendengar kata kurma, pasti yang terlintas adalah kebun yang gersang dan panas. Namun, kurma itu sendiri biasanya berbuah di penghujung musim dingin atau di Indonesia dapat dikatakan saat musim hujan.
Kebun Kurma Haji Syukri terasa rindang dan dipenuhi oleh hamparan rumput luas. Di sini, kita bisa merasakan sensasi Timur Tengah tetapi tetap ada campuran khas Indonesia, khususnya Aceh.
Ditambah dengan adanya wahana permainan yang mendukung konsep Timur Tengah itu sendiri. Seperti berkuda dan memanah yang biasa kita kenal sebagai olahraga yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Biar orang ga bosan juga untuk lihat lihat kebun, jadi wisata ke kebun kurma, ga cuma untuk lihat kurma,” lanjut Woyla.
Dia menjelaskan mengapa dibangun wahana lainnya di Kebun Kurma Barbate Haji Syukri. Tidak hanya memanah dan berkuda, tetapi juga disediakan wahana kereta api dan ATV yang dapat dinaiki pengunjung.
“Dengan minimnya wisata di sekitaran Banda Aceh dan Aceh Besar, saya rasa kebun kurma barbate Haji Syukri ini salah satu wisata yang super lengkap dan cocok untuk semua kalangan,” ucap Ardillah Sabrina, salah satu pengunjung kebun kurma.
Tidak hanya untuk berwisata, kebun kurma Barbate Haji Syukri juga menyediakan guide untuk pengunjung dapat mengenal kebun kurma lebih dekat. Di mana guide akan menjelaskan bagaimana awal mula dapat tumbuhnya kurma dan bagaimana kondisi saat panen.
Maka, kebun kurma juga dapat menjadi sarana belajar bagi wisatawan yang datang. Jika panen, kurma biasanya dijual di restoran kebun, tidak didistribusikan keluar. Dikarenakan, hasil panennya yang belum cukup memenuhi permintaan masyarakat.
“Saya kalau ke kebun kurma ini dapat sensasi seperti sesuatu yang kita anggap tidak mungkin, tetapi bisa menjadi mungkin. Siapa sangka kalau kurma yang biasanya tumbuh di Timur Tengah bisa tumbuh di Aceh, seribu pohon pula,” ucap Sharahiya, pengunjung kebun kurma lainnya.
Eksotisme kebun kurma Barbate dapat dirasakan dalam berbagai musim. Jika musim panas, maka kebun akan bernuansa seperti di Timur Tengah. Tetapi, jika musim hujan, kebun terasa lebih sejuk seperti berada di Takengon.
Beruntung lah masyarakat Aceh dengan adanya Kebun Kurma Barbate yang dapat dijadikan sebagai wisata dan tempat belajar. (Tsara Swissi)