Senin, Desember 8, 2025
spot_img
BerandaAcehEks-Panglima GAM: Perjuangan Aceh Pasca-Damai Lebih Berat dari Masa Konflik

Eks-Panglima GAM: Perjuangan Aceh Pasca-Damai Lebih Berat dari Masa Konflik

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Mantan panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Gayo, Fauzan Azima, menyebut bahwa perjuangan Aceh pasca-perdamaian konflik jauh lebih berat dibandingkan saat masa konflik bersenjata.

Menurutnya, saat ini Aceh sedang menjalani “perang besar” yang membutuhkan peran aktif kaum muda.

Pernyataan tersebut disampaikan Fauzan Azima saat menjadi narasumber dalam diskusi interaktif yang diselenggarakan Jaringan Aneuk Syuhada Aceh (JASA) Aceh Besar, di Kantor Dekranasda Aceh Besar, Gampong Gani, Kecamatan Blang Bintang, Senin (20/10/2025).

Mengangkat tema “Spirit Pemuda Aceh dalam Merawat Perdamaian Berkelanjutan melalui Momentum Sumpah Pemuda”, diskusi ini diikuti lebih dari 100 anak muda.

Fauzan, yang kini menjabat Deputi 1 Badan Reintegrasi Aceh, menegaskan bahwa perdamaian yang dirasakan hari ini adalah nikmat yang wajib disyukuri dan dirawat.

“Perang dari tahun 1976 sampai 2005 itu adalah perang kecil dan setelah damai sampai hari ini kita sedang menjalani perang besar,” ujar Fauzan.

Ia menjelaskan, “perang besar” tersebut mencakup pekerjaan rumah yang belum tuntas, seperti realisasi kesepakatan damai Helsinki, pelimpahan kewenangan Aceh, dan dana abadi perdamaian.

Selain itu, ia juga menyoroti fenomena negatif berupa caci maki dan fitnah yang menyasar mantan pimpinan GAM di media sosial.

“Menurut saya JASA harus membuat satu tim untuk bisa mengkonter isu liar yang tidak berdasar agar pemimpin perjuangan tidak dijadikan bullyan setiap hari,” tegasnya.

Fauzan juga berpesan kepada anggota JASA agar menghilangkan perbedaan, memperkuat persatuan, dan meningkatkan pendidikan yang mumpuni agar bisa mengambil peran membangun Aceh di masa damai.

Senada dengan Fauzan, Dosen Ilmu Politik FISIP USK, Iqbal Ahmady, yang juga menjadi pemantik diskusi, mengapresiasi langkah JASA. Menurutnya, diskusi ini adalah bagian dari gerakan pemuda untuk menyadarkan pentingnya peran kaum muda dalam pembangunan.

Iqbal mengingatkan kembali sejarah kaum muda yang selalu menjadi aktor penting perubahan, mulai dari Sumpah Pemuda 1928 hingga Reformasi 1998.

Ia menekankan bahwa kelompok pemuda, khususnya JASA, harus mengawal implementasi butir kesepakatan damai agar tidak merugikan Aceh.
Sepanjang diskusi, dialog berjalan alot, dengan audien yang aktif bertanya dan menyampaikan pendapat.

Hal ini menjadi indikasi kuat bahwa kaum muda Aceh masih memiliki rasa kepedulian yang tinggi untuk menjaga dan merawat perdamaian. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER