Banda Aceh (Waspada Aceh) – Dua dekade perdamaian Aceh tidak hanya meninggalkan jejak sejarah, tetapi juga membuka ruang kolaborasi baru lintas negara.
Video dokumenter berjudul “Aceh, Culture and Connections” resmi diluncurkan di Ruang Teater Library, Gedung Perpustakaan Wilayah Aceh di Banda Aceh,. Jumat (22/8/2025).
Film ini merupakan kerja sama Lembaga Wali Nanggroe dengan Kementerian Luar Negeri Singapura, didukung Ministry of Culture, Community, and Youth (MCCY) Singapura.
Dokumenter menyoroti perjalanan sejarah Aceh, budaya, hingga jalinan emosional yang telah terbangun antara Aceh dan Singapura sejak lama, terutama pascatsunami 2004.
Sosok Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al-Haythar, tampil sebagai narator utama. Ia mengisahkan bagaimana Aceh bertahan dalam sejarah panjang konflik hingga merawat perdamaian selama dua dekade terakhir.
Wali Kota Distrik Tenggara Singapura, Mohd Fahmi Aliman, mengatakan dokumenter ini lahir dari inisiatif pertemuannya dengan Wali Nanggroe tahun lalu.
“Motivasi kami sederhana, ingin mendekatkan lagi Aceh dengan Singapura. Setelah tsunami banyak yang kita lakukan bersama, dan sekarang waktunya membuka kerja sama baru dalam pendidikan, perusahaan, budaya, hingga pariwisata,” kata Fahmi.
Selain itu, ia menyebut dokumenter ini juga disiapkan sebagai media pendidikan lintas generasi. “Kami ingin anak-anak Singapura tahu tentang Aceh, tahu siapa Wali Nanggroe. Ke depan, ada rencana pertukaran pelajar agar generasi muda Singapura bisa datang langsung ke Aceh,” ujarnya.
Executive Producer dokumenter, Raja Hamzah, menambahkan proses produksi membutuhkan waktu sekitar enam bulan, mulai dari pengumpulan footage hingga penyuntingan akhir. Menurut dia, kisah Aceh yang ditampilkan tidak hanya penting di Nusantara, tetapi juga memberi inspirasi bagi dunia.
“Seluruh dunia melihat Aceh sebagai model yang mengajarkan nilai kuat: semangat masyarakat, identitas, kemandirian, dan kekuatan komitmen,” ucapnya.
Raja juga mengungkap sisi personal Wali Nanggroe yang lahir di Geylang, Singapura.
“Kami mendapat kesempatan wawancara eksklusif, termasuk bagaimana beliau menikmati masa mudanya di sana. Itu menjadi jembatan yang menarik antara dua tempat dengan ikatan sejarah mendalam,” katanya.
Pada kesempatan itu, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Martunis, menilai inisiatif ini membuka ruang pembelajaran baru.
“Peran Wali Nanggroe menghubungkan Aceh dan Singapura akan membawa dampak positif bagi pendidikan kita,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Banda Aceh, Illiza Saaduddin Djamal, menyebut dokumenter ini mengingatkan pentingnya sejarah dan persaudaraan Aceh–Singapura.
“Video ini memperkuat semangat perdamaian yang sudah dua dekade kita rawat,” katanya.
Peluncuran dokumenter ditutup dengan penyerahan cendera mata dari Mohd Fahmi Aliman dan Raja Hamzah kepada Wali Nanggroe Aceh sebagai simbol eratnya hubungan Aceh–Singapura. Begitu juga sebaliknya, Wali Nanggroe turut menyerahkan cendera mata kepada kedua perwakilan dari Singapura, menandai komitmen saling menghormati dan memperkuat kerja sama di masa mendatang.. (*)