Kutacane (Waspada Aceh) – Warga dua kecamatan di Aceh Tenggara, akhir-akhir ini mengeluh dan was-was, akibat rusaknya jembatan kayu Bendabe yang menghubungkan Babussalam dengan Kecamatan Darul Hasanah.
Sebagaimana pengamatan wartawan Waspadaaceh.com, Sabtu (28/9/2019), jembatan gantung Bendabe yang menghubungkan dua kecamatan tersebut merupakan urat nadi perekonomian bagi warga kute Bendabe, Batu Bulan Mbornut, Terutung Pedi dan Batu Bulan I maupun Batu Bulan Asli. Selain sebagai perlintasan warga, juga untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan petani yang berada di Kecamatan Darul Hasanah.
Namun sejak titi gantung tersebut rusak, sebagian lantai kayunya jatuh ke dasar sungai karena lapuk dan dimakan usia, petani di beberapa desa di kemukiman Selian Kecamatan Babussalam tersebut, harus memutar arah, jauh melewati jembatan rangka baja Barung dan jembatan rangka baja Natam.
Masalahnya, jika petani memaksakan diri membahwa hasil pertanian dan perkebunan seperti kakao, karet, sayur mayur, jagung dan hasil bumi lainnya, dikhawatirkan akan tercebut ke dalam sungai Alas, yang memisahkan Kecamatan Babussalam dan Darul Hasanah tersebut.
Sopian Selian, warga setempat mengatakan, banyak papan lantai jembatan yang sudah lapuk dan tercebur ke dalam arus sungai Alas. Akibatnya di sana sini terlihat lubang menganga di lantai jembatan semakin banyak, dan bisa membahayakan keselamatan warga yang melintas.
“Dana perawatannya kan setiap tahun ada disediakan pemerintah. Anehnya kenapa bisa titi gantung penghubung dua kecamatan itu tak kunjung diperbaiki pihak dinas PUPR Agara,”sambung Arafik Beruh, salah seorang tokoh pemuda di Kutacane.
Kadis PUPR Aceh Tenggara, Rasid Efendi Desky yang sedang berada di Banda Aceh, ketika dihubungi Waspada via telepon selular, Sabtu (28/9/2019), tak mengangkat panggilan. Bahkan Rasid juga tak membalas pesan singkat yang dikirimkan Waspada. (Ali Amran)