Blangkejeren (Waspada Aceh) – Di tengah lonjakan harga beras yang terjadi di Aceh, para petani padi di Kabupaten Gayo Lues justru mengalami penurunan hasil panen yang drastis.
Kondisi ini membuat banyak petani mengaku merugi, termasuk Mak Zahra, salah seorang petani di Kecamatan Blangpegayon.
Mak Zahra mengungkapkan bahwa panen padi kali ini sangat mengecewakan. Dari bibit sebanyak 5 bambu yang biasa menghasilkan 30 hingga 40 kaleng padi, tahun ini hanya menghasilkan sekitar 20 kaleng saja.
“Kali ini dapatnya cuma 20 kaleng. Sangat jauh turun dari hasil tahun kemarin,” ujarnya kepada Waspadaaceh.com, Jumat (25/7/2025).
Menurutnya, penyebab utama penurunan hasil panen adalah kondisi cuaca yang tidak menentu. Selama masa tanam, curah hujan sangat minim, dan saat tanaman mulai berbunga, justru diterpa angin kencang yang menyebabkan bunga padi tidak bisa melekat dan tumbuh dengan baik.
“Pada bulan pertama dan kedua memang sempat turun hujan. Tapi saat padi mulai berbunga hingga panen, dilanda kemarau. Ini penyebab utama hasil padi tidak maksimal,” jelasnya.
Selain faktor cuaca, kekurangan pupuk juga menjadi kendala yang memengaruhi pertumbuhan tanaman padi.
“Saat masa pertumbuhan, kami kekurangan pupuk. Itu sangat berpengaruh,” tambahnya.
Akibat hasil panen padi yang tidak maksimal, banyak petani mengalami kerugian karena biaya produksi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Karena itu, Mak Zahra pun berharap agar pemerintah dapat memberikan subsidi, baik untuk pupuk maupun harga beras, guna meringankan beban petani.
Ironisnya, di tengah merosotnya hasil panen, harga beras di pasaran justru terus meroket. Saat ini, harga beras di pasar tradisional mencapai Rp27.000 hingga Rp30.000 per bambu, membuat masyarakat harus merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan pokok. (*)