Sigli (Waspada Aceh) – Dinas Pendidikan masih menemukan adanya siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kabupaten Pidie, yang masih “buta aksara” alias belum bisa membaca.
Menurut praktisi pendidikan, Iskandar A, permasalahan yang terjadi terkait dengan kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran di sekolah, tidak terlepas dari peroblem yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Misalnya adanya percecokan dalam keluarga.
“Inilah salah satu faktor penyebab. Mengapa di Pidie ada anak yang sudah duduk kelas 6 SD dan bahkan sudah SMP, ditemukan oleh pak Kadis Pendidikan Pidie belum dapat membaca, atau si anak itu lambat membaca,” kata Iskadar A, salah seorang Pegawas Wilayah VIII, Kecamatan Sakti, Pidie.
Hal itu dikatanya pada acara rapat kerja antara Komisi E DPRK Pidie dengan Kadis Pendidikan serta Pengawas Pendidikan se-Pidie di Gedung DPRK Pidie di Siglie, Kamis (31/1/2019).
Menurut dia, menyingkapi pernyataan Kadis Pidie, H.Idami, yang mengungkapkan, masih ada pelajar kelas 6 SD dan SMP ditemukan belum ada yang mampu membaca lancar, tidak perlu dicari “kambing hitam” siapa benar dan siapa yang salah.
Tetapi sebut dia, berdasarkan pengalamanya sebagai pegawas sekolah, Iskadar mengaku pernah menemukan salah satu anak di salah satu sekolah di wilayah kerjanya. Siswa tersebut, ujarnya, lemah dalam hal belajar sehingga anak itu tidak berprestasi, bahkan tidak lancar membaca. Hal itu, kata Iskandar, disebakan faktor broken home yang terjadi pada orang tuanya.
Sementara pengawas sekolah lainnya juga mengungkapkan tentang adanya siswa yang lemah dalam membaca disebabkan anak tersebut tinggal dengan neneknya. Sementara ayah si anak sudah meninggal dunia, sedangkan ibu si anak bekerja sebagai buruh tani.
Ketua Komisi E DPRK, Kahiril Syahrial, meminta Dinas Pendidikan Pidie untuk segera mencari solusi terhadap siswa yang masih lemah dalam membaca. Persoalan ini, sebut dia, tidak boleh berlanjut dan tidak akan lagi terulang di kemudian hari. (b10)