Banda Aceh (Waspada Aceh) – Empat calon wali kota dan wakil wali kota Banda Aceh mengikuti debat perdana yang digelar Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Banda Aceh di Hotel Amel Convention Hall, Rabu malam (30/10/2024).
Empat calon wali kota yaitu paslon nomor urut 01 atas nama Illiza Sa’aduddin Djamal-Afdhal Khalilullah, 02 Zainal Arifin-Mulia Rahman, 03 Aminullah Usman-Isnaini Husda dan nomor urut 4 Teuku Irwan Djohan-Khairul Amal tampil menyampaikan visi misi.
Di segmen kedua debat, moderator hanya memberikan panggung debat kepada calon wali kota tanpa didampingi oleh wakil. Di segmen kedua ini, calon masing-masing mendapatkan pertanyaan dari tim panelis dan juga diberikan kesempatan kepada paslon lain untuk menanggapi.
Saat Paslon 01 dan 02 menjawab pertanyaan tim panelis, Palson 04 menangapinya dengan kritikan. Sementara paslon lain mendukung program dan hanya menambahkan.
Palson 01 mendapat pertanyaan tentang langkah konkret untuk mencegah dan memberantas narkoba di Kota Banda Aceh.
Illiza mengatakan, saat dia menjabat sebagai Wali Kota Banda Aceh dia berhasil menekan angka kasus narkoba sebesar 10 persen pertahun. Dari 98 kasus menjadi 80 kasus di tahun 2017 berdasarkan data BNN.
Namun tahun 2022 terjadi peningkatan sebanyak 115 kasus dan terakhir di tahun 2023 sebanyak 135 kasus. Namun dia tetap optimis dan yakin Palson 01 mampu menangani masalah ini dengan berusaha semaksimal mungkin menekan angka kasus narkoba serendah-rendahnya agar Banda Aceh bebas narkoba.
Langkah tersebut melalui pencegahan, rehabilitasi, edukasi dan juga penindakan. Dia berkomitmen untuk menjadikan Banda Aceh bebas narkoba. Pihaknya juga terus menjalin komunikasi dengan lintas sektoral dan menyosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya narkoba dan membentuk kader hingga ke tingkat gampong untuk mencegah peredaran narkoba.
“Terakhir pemerintah wajib melakukan pemantauan, evaluasi berkala terhadap semua program,” sebutnya.
Program yang disampaikan oleh Paslon 01 mendapat kritikan pedas dari Palson 04. Irwan Djohan mengatakan kondisi darurat narkoba yang terjadi di Banda Aceh akibat kegagalan pemerintahan Kota Banda Aceh sebelumnya. Karena itu, kata Irwan Djohan, Banda Aceh butuh perubahan, butuh pemimpin yang serius, berani dalam melawan pengedaran narkoba.
“Saya belum mendengarkan dari ketiga Paslon yang seharusnya tidak hanya menyalahkan masyarakat tapi lihat juga lingkaran kita dahulu. Termasuk memastikan jajaran Pemko Banda Aceh bebas narkoba,” sebutnya.
Maka jika dia terpilih inspeksi mendadak dan tes urin di lingkungan Pemko Banda Aceh akan dilakukan secara rutin.
Menangapi hal itu, Illiza mengatakan bahwa Paslon 04 terlalu tendesius. Artinya persoalan ini, kata Illiza harus dihadapi. Sebab itu pencegahan harus tetap dilakukan, walaupun menurut Paslon 04 kondisi Banda Aceh darurat narkoba adalah hasil peninggalan masa lalu (pemimpin sebelumnya).
Begitu juga, Irwan Djohan menangapi program dari Paslon 02, terkait upaya dan strategi Paslon untuk menata Kota Banda Aceh yang lebih teratur tertib, asri dan indah.
Paslon 02 menjawab, mereka tidak akan membangun bangunan yang tidak dibutuhkan, akan melakukan pendistrian jalan di pusat kota Banda Aceh dan beberapa program lainnya untuk keindahan kota.
Namun lagi-lagi Irwan Djohan mengomentari bahwa program 02 masalah penataan keindahan kota yang sampai hari ini, faktanya sudah beberapa wali kota berganti Banda Aceh tetap tidak tertata dengan baik.
“Yang ada di depan mata tidak tertata dengan baik. Contohnya di depan Kantor wali kota ada satu lahan kosong yang dibiarkan terbengkalai dan terlantar hanya ada tiang-tiang panjang warna-warna,” sebutnya.
Padahal kata Irwan Djohan, sudah berapa kali Wali Kota Banda Aceh berganti, namun ternyata semua wali kota tidak mempunyai visi dalam permasalahan ini. Karena itu dia sebagai satu-satunya arsitek calon wali kota di Banda Aceh sedih melihat fakta ini.
“Karena itu InsyaAllah kita akan ubah ke depan,” tegasnya.
Terhadap strategi Aminullah dalam memastikan semua kelompok masyarakat di Kota Banda Aceh mendapatkan layanan publik setara dan inklusi termasuk memanfaatkan teknologi informasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan, Irwan Djohan tampak setuju. (*)