“Ketika raja bersembunyi di balik kuda. Mesa perkasa tetap menjadi panglima. Pion dituntun untuk berkarya, menjaga jalur agar kelak dapat diwisuda. So, Benteng dan gajah menjadi kita bersaudara: Gen Una Sumus”.
— Bahtiar Gayo —
Catatan: Aldin NL
Sepenggal puisi yang dibaca spontan ketua sidang ini mampu menghipnotis 22 pengurus Percasi Kabupaten/ Kota, sebagai peserta Musyawarah Provinsi (Musprov) Percasi Aceh periode 2021-2025 di hotel Harmoni Kota Langsa, 23-24-Juni 2021.
Bahtiar Gayo boleh dibilang mampu mengimbangi keriuhan suasana yang dihadirkan oleh peserta.
Usai pembukaan oleh Ketua KONI Aceh diwakili Wakil Ketua Bidang Bimpres KONI Aceh, Baktiar Hasan dan sambutan Ketua Pengprov Percasi Aceh, Aldin NL, dinamika Musprov Percasi tampak begitu kencang.
Baru saja tahap awal Musprov, banyak peserta “unjuk gigi” mempersoalkan keberadaan komposisi kepanitiaan Musprov. Namun Bahtiar tidak terpancing, dan dia memanggil Ketua Panitia, Muhammad Hamzah, untuk menjelaskan prihal itu. Teuku Ardiansyah, panitia inti Musprov, maju ke depan menyerahkan SK kepanitiaan.
Bagaikan hujan deras, pertanyaan demi pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan kepada panitia. Lalu, suasana mulai panas, manakala utusan Pencab Aceh Selatan mengirim dua mandat (double mandat) di Musprov Percasi Aceh itu.
Bahtiar Gayo menyatakan, sebuah pelecehan adanya dobel mandat yang ditandatangani oleh Ketua Umum Percasi Aceh Selatan, yang seolah menganggap Musprov Percasi Aceh ini hanya mainan belaka.
Persoalan itu ditanyakan kepada peserta, dan peserta sepakat bahwa masalah interent diselesaikan di luar arena Musprov. Bahtiar Gayo lalu mengeluarkan dua peserta utusan Aceh Selatan, untuk mencari solusi dan legitimasi siapa sebenarnya yang dimandatkan oleh Ketum Percasi Aceh Selatan. “Kita beri waktu dua jam untuk menyelesaikan masalah internal itu,” tegas Bahtiar Gayo, yang diamini peserta.
Sejurus berselang, utusan Pidie juga ribut. Kasusnya hampir mirip dengan Aceh Selatan, hanya saja, satu peserta di Pidie setelah menyampaikan latar belakang mengapa dia tandatangani mandat untuk dirinya. Lalu dia meminta maaf kepada forum Musprov karena harus meninggalkan arena karena ada mandat baru yang diteken langsung Ketua Umum Percab Percasi Pidie, sebagai keabsahan peserta.
Ada lagi masalah yang timbul di arena Musprov, soal keabsahan SK Percasi Gayo Lues yang sudah berakhir tapi tetap mengikuti musyawarah. Dan juga masalah-masalah lain yang mewarnai prosesi pergantian “Raja” baru di wadah olah raga asah otak tersebut.
Tiba pukul 12.30 WIB, pimpinan menskor sidang karena tiba waktu shalat dzuhur dan makan siang. Satu jam kemudian masuk sesi pertanggungjawaban pengurus lama. Bahtiar mempersilahkan Ketum Pengprov Percasi Aceh membacakan LPJ yang bahannya sudah dibagikan kepada seluruh peserta.
Sepertinya peserta sudah mafhum dan tidak mau berlama-lama. Secara serentak peserta menerima LPJ pengurus Percasi Aceh periode 2017- 2021, yang diperjanjang enam plus satu bulan karena efek pandemi COVID-19.
“Kita terima LPJ pengurus lama ,” cetus Harzuna, Ketua Pengprov Percasi Sabang. Lalu diikuti peserta lain, Bahtiar pun langsung ketok palu. Dan, pengurus lama berstatus demisioner.
Diterimanya LPJ pengurus Percasi Aceh periode 2017-2021, karena selain laporan yang disiapkan sudah lengkap, juga gelaran event lokal dan nasional sukses dilaksanakan oleh pengurus Percasi Aceh. Antara lain yang fenomenal adalah penyelenggaraan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) dan Rakernas Catur di Banda Aceh, pada akhir 2018.
Penyelenggaraan Kejurnas dinilai sukses, ditandai dengan pemberian penghargaan Kejurnas Terbaik di luar Pulau Jawa. Bagi dunia catur Aceh, ada kebanggaan karena event Kejurnas ini meraih sukses ganda. Yaitu, sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi.
Dalam Kejurnas itu, atlet Khalisa Sabila meraih perak, dan perunggu untuk kategori veteran atas nama Fahmi, yang mewaliki tuan rumah, Aceh. Raihan perak dan perunggu ini pertama kali dalam sejarah catur di Aceh.
Menang Telak
Persaingan kursi nomor 1 Percasi Aceh, sejak awal tensinya tampak meningkat. MF Muhammad Hendrik, diisukan sudah mendapat mayoritas dukungan Pencab se Aceh.
Tapi ada yang terlupakan, strategi dalam catur sangatlah dinamis dan selalu tak terduga. Bahkan calon pemenang, di ambang kemenangannya bisa kena “skakmat,” ketika dia euforia dan lengah, sementara sang lawan diam-diam mampu melihat titik kelemahannya. Pastinya, petarung sejatilah yang akan memenangkan kontes itu.
Ada pun Ihsanuddin, yang ‘kenyang’ di organisasi, tidak terpengaruh klaim-klaim kubu “lawan”. Ihsan dan pendukungnya tak euforia. Bahkan tanpa disadari lawan, timnya berbaur bersama tim lawan di “markas” lawan yang telah “diisolasi” sejak awal tiba.
Begitu pun, bersama tim suksesnya, Ihsan selalu mayakinkan para voters mengapa mereka harus memilih dirinya. Sebab dia lah yang bertekad akan menghidupkan olahraga catur di Aceh.
Apalagi, mantan Ketua KNPI Aceh ini bukan orang baru dalam dunia olahraga. Paska gempa dan tsunami melanda Aceh, Ihsanuddin dipercaya mengurusi bidang pemuda dan olahraga di BRR. Atas perannya pula berbagai fasilitas olahraga, sarana dan prasarana olahraga dibangun di Aceh.
Ihsanuddin juga bukan orang baru di KONI Aceh. Dia sudah dua periode bergabung sebagai pengurus. Juga mengurus olahraga saat menjadi mahasiswa.
“Saya juga sempat juara catur di tingkat lorong,” seloroh Ihsanuddin, saat berdialog via telepon dengan Ketum PB Percasi, GM Utut Adianto, sesaat setelah Ihsan terpilih sebagai Ketua Pengprov Percasi Aceh, dalam Musprov di Hotel Harmoni, Langsa, 23 – 24 Juni 2021.
Dalam Musprop itu, MN Muhammmad Hendrik FS, mantan Sekretaris Umum Pengprov Percasi Aceh periode 2017-2021 hanya memperoleh tujuh (7) suara. Sedangkan Ihsanuddin memborong 14 suara. Dua suara lain, Aceh Selatan, tidak bisa memilih karena double mandat dan satu lagi Aceh Barat, abstain, lantaran SK Kepengurusan sudah kedaluarsa.
Meski sempat panas, Musprov Percasi Aceh ini berlangsung demokratis dan sesuai semboyan catur ‘gens una sumus (kita satu keluarga, kita bersaudara).
Dalam visi-misinya di antaranya, Ihsan menyebut akan berupaya melaksanakan program pembinaan atlet untuk meraih prestasi di tingkat nasional dan international, memperbanyak event, menggelar liga Aceh dan membagikan papan catur ke seluruh kabupaten/kota di Aceh.
Kini, paska pengabdian Aldin NL yang sudah satu dasawarsa (10 tahun) mengetuai Pengprov Percasi Aceh, kini asa disematkan ke pundak Ihsanuddin MZ, SE MM, sang “Raja” baru, yang sudah datang sebagai ahli strategi menghadapi sejumlah event akbar.
Ihsanuddin yang juga politisi PPP ini, memiliki tugas di antaranya, mempersiapkan atlet dan pelatih yang handal untuk Aceh, yang telah dipilih bersama Sumut sebagai tuan rumah bersama Pekan Olahraga Nasional (PON) pada 2024 mendagang.
“Selamat datang ‘Raja’ baru di dunia catur Aceh,” ucapan itu terdengar lantang usai Ihsanuddin MZ memenangi pemilihan sebagai ketua baru catur Aceh. (***)