Kamis, Mei 2, 2024
Google search engine
BerandaOpiniBuruknya Situasi Menstruasi di Tengah Krisis Kemanusiaan Gaza

Buruknya Situasi Menstruasi di Tengah Krisis Kemanusiaan Gaza

Bencana kemanusiaan di Gaza akibat serangan Israel menyengsarakan warga Palestina. Serangan militer tersebut tak luput dialami para perempuan di Jalur Gaza.

Serangan bertubi-tubi oleh Israel sejak awal Oktober lalu menyebabkan krisis kemanusiaan yang sangat buruk di Gaza. Hal ini juga menjadi mimpi buruk menstruasi perempuan Palestina di tengah bencana kemanusiaan Gaza.

Krisis yang ditimbulkan pun beragam, mulai dari kelaparan, kesehatan, privasi, sanitasi, sampai kebersihan menstruasi. Menstrual hygiene atau kebersihan menstruasi pada perempuan jadi masalah yang sering terabaikan.

Menurut laporan Human Right Watch, Israel memutus suplai air dan listrik bagi populasi Gaza, sehingga ini menyebabkan sulitnya akses terhadap air bersih dan masalah sanitasi.

Sanitasi sendiri berperan besar dalam menjaga kebersihan menstruasi pada perempuan. Akses terhadap air dan fasilitas sanitasi yang aman sangat penting bagi perempuan dan anak-anak perempuan dalam mengelola kebersihan menstruasi.

“Ketika kebutuhan tersebut tak terpenuhi, hal tersebut bisa berujung pada infeksi serius, termasuk Hepatitis B dan infeksi jamur,” kata Human Right Watch, organisasi HAM yang berbasis di New York, Amerika Serikat.

Para perempuan Gaza yang tinggal di pengungsian kesulitan mengakses suplai dan fasilitas menstruasi.

Dalam laporan, Internasional Planned Parenthood Federation (IPPF), para pengungsi perempuan juga melaporkan kurangnya jumlah produk menstruasi, kondisi diperburuk dengan masih kurangnya pengetahuan soal kesehatan menstruasi dan reproduksi.

Kesehatan reproduksi perempuan Gaza juga terancam memburuk akibat kurangnya fasilitas kesehatan.

IPPF melaporkan, para perempuan terpaksa saling berbagi obat kontrasepsi akibat kurangnya suplai. Mereka yang memakai IUD mengalami pendarahan dan infeksi akibat buruknya sanitasi dan kebersihan di pengungsian.

Perempuan dapat menjadi korban kekerasan seksual atau eksploitasi terkait menstruasi mereka.

Hal itu merupakan penindasan serius yang rawan terjadi di tengah situasi kritis. Hal ini seharusnya mendapatkan perhatian serius untuk memastikan hak-hak reproduksi dan kesehatan perempuan di tengah kondisi krisis terpenuhi.

Penting pula adanya akses yang adil dan aman terhadap produksi-produksi menstruasi serta pelayanan kesehatan reproduksi di daerah konflik. (*)

Penulis : Evi Zahari Salsabila

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER