Rabu, Mei 1, 2024
Google search engine
BerandaAcehBuka Seminar Internasional, Sekda Aceh: Banyak Aspek Budaya Aceh Terbentuk oleh Komoditas...

Buka Seminar Internasional, Sekda Aceh: Banyak Aspek Budaya Aceh Terbentuk oleh Komoditas Rempah

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Bustami Hamzah
membuka seminar internasional Pekan Kebudayaan Aceh (PKA-8) di Hermes Hotel, Banda Aceh, Minggu (5/11/2023).

Dalam sambutannya sekaligus membuka seminar, Sekda Aceh mengatakan rempah-rempah adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, bagi masyarakat Aceh khususnya, dan Indonesia pada umumnya.

Sejak dulu, rempah-rempah berperan penting sebagai bumbu masak yang memperkaya khasanah kuliner nusantara, herbal, obat-obatan, wewangian, dan berbagai kegunaan lainnya.

Dengan segala fungsi dan kegunaannya ini, lanjut Bustami, rempah bukan hanya telah ‘memberi’ tetapi juga telah membentuk kebudayaan bangsa-bangsa di kepulauan Nusantara, mengisi berbagai lini kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik.

Karena itu, tentu tak mengherankan dalam perjalanan sejarahnya, nilai penting rempah ini juga telah berdampak besar terhadap perjalanan sejarah peradaban dan kontak budaya antar bangsa di dunia. Serta, rempah ini mewarnai lanskap perdagangan dunia atau dikenal sebagai jalur rempah.

Tak hanya itu, lanjut Bustami, rempah juga mempengaruhi diplomasi bahkan konflik politik antar bangsa yang kemudian menandai babak penting perjalanan sejarah bangsa Indonesia, yaitu kolonialisme.

“Banyak aspek kebudayaan Aceh, baik itu kuliner, desain, ornamen, herbal dan pengobatan tradisional, dibentuk oleh
komoditas rempah. Aceh sebagai titik terpenting jalur rempah Nusantara, juga memiliki jejak sejarah yang sangat panjang sebagai daerah penghasil rempah utama, baik dalam lingkup nusantara maupun dunia,” jelasnya.

Pada abad 17-18, lanjut Bustami, Aceh pernah tercatat sebagai daerah penghasil lada terbesar di dunia, sementara untuk saat ini Aceh juga menghasilkan minyak atsiri yang diolah dari beberapa komoditas rempah. Di antaranya seperti pala, cengkeh, serai wangi, dan juga nilam, serta menyumbang bahan baku kualitas terbaik untuk industri parfum, minyak esensial, dan aroma terapi dunia.

Untuk itu, kata Sekda, selaras dengan momentum penyelenggaraan PKA ke-8 tahun 2023, Pemerintah Aceh mengusung tema sentral “Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia.”

Menurutnya, tema ini digagas sebagai bentuk dukungan Pemerintah Aceh terhadap program strategis nasional Pemerintah RI, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang akan mengusulkan penetapan Jalur Rempah Nusantara ke UNESCO sebagai kenangan warisan dunia pada tahun 2024.

Untuk mengetahui lebih lanjut, terkait latar belakang sejarah rempah-rempah dan peluang ekonomi masa depan, tambah Bustami, akan dikupas tuntas oleh empat narasumber dari pusat dan provinsi. Narasumber seminar adalah, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, Ketua Umum Diaspora Aceh, Mustafa Abubakar.

Kemudian Staf Ahli Mendikbudristek Bidang Hubungan Kelembagaan dan Masyarakat Muhammad Adlin Sila dan Direktur Industri Kreatif Musik, Film dan Animasi pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Muhammad Amin Abdullah.

Di akhir sambutannya, Sekda berharap, rumusan hasil seminar ini dapat menjadi sumbangan nyata bagi pemulihan serta pengembangan strategi pembangunan ekonomi diplomasi budaya rempah Aceh dan Indonesia di kancah global, di masa-masa yang akan datang.

Sebelumnya, Sekretaris Disbudpar Cut Nurmarita, dalam laporannya menyebutkan seminar internasional ini akan berlangsung selama dua hari yaitu, 5-6 November 2023. Pada 6, November akan dilangsungkan dua seminar internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh dan juga di Universitas Syiah Kuala (USK).

Seminar kali ini menghadirkan 16 narasumber yang berasal dari luar negeri, nasional dan daerah. Peserta yang diundang dalam seminar kali ini, lebih kurang 500 peserta yang meliputi unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Aceh, Kabupaten/Kota yang diwakili oleh dinas-dinas terkait, akademisi, peneliti, praktisi, sejarahwan, budayawan, pemangku adat, asosiasi bisnis, dan UMKM.

Selain itu, juga tenaga pendidik, jurnalis, media, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Dia berharap, peserta seminar dapat mengikuti dan berpartisipasi penuh selama pelaksanaan seminar internasional.

“Besar harapan kami semoga rumusan-rumusan seminar ini nantinya dapat mengangkat dan memperkuat posisi Aceh dan Indonesia dalam diskursus rempah global dunia,” tutupnya. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER