Banda Aceh (Waspada Aceh) – Memperingati Hari Gajah Sedunia yang jatuh setiap 12 Agustus, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh kembali mengingatkan pentingnya pelestarian gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang merupakan salah satu satwa langka dan ikon provinsi Aceh.
Kepala BKSDA Aceh, Ujang Wisnu Barata, menyampaikan bahwa berdasarkan data terbaru, populasi gajah Sumatra di Aceh saat ini diperkirakan berkisar antara 550 hingga 600 individu. Meski jumlah ini menunjukkan keberadaan gajah yang relatif stabil, BKSDA mencatat adanya tantangan besar dalam menjaga populasi tersebut agar tidak menurun drastis.
Dalam dua tahun terakhir, yaitu dari 2024 hingga pertengahan 2025, tercatat 11 ekor gajah Sumatra mati. Penyebab kematian ini beragam, mulai dari konflik dengan manusia, keracunan, hingga penyakit.
Walaupun begitu, BKSDA masih menemukan bayi dan anak gajah dalam beberapa kelompok di alam bebas, yang menjadi tanda bahwa regenerasi populasi masih berlangsung.
“Data kelahiran gajah di alam memang sulit dipastikan secara akurat, tetapi dengan ditemukannya bayi dan anak gajah, kami optimistis struktur umur populasi masih lengkap,” jelas Ujang.
Ancaman terhadap gajah Sumatra di Aceh bukan hanya dari kematian langsung, tapi juga dari hilangnya habitat akibat aktivitas manusia seperti pembukaan lahan dan penanaman komoditas yang menarik perhatian gajah.
BKSDA mengimbau masyarakat untuk tidak menanam tanaman seperti pisang, singkong, jagung, padi, maupun sawit di jalur lintasan gajah.
Tanaman tersebut kerap menjadi magnet yang menarik gajah masuk ke pemukiman atau kebun warga, memicu konflik yang berakibat fatal.
Selain itu, tindakan berbahaya seperti pemasangan jerat, penggunaan racun, atau penembakan gajah juga dilarang keras dan dapat dikenai sanksi hukum.
“Kami mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan tindakan yang melukai atau membunuh gajah, karena selain melanggar hukum, hal itu juga mengancam kelestarian spesies ini,” tegas Ujang.
BKSDA juga menegaskan bahwa pelestarian gajah Sumatra bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Edukasi dan kesadaran kolektif sangat dibutuhkan agar konflik manusia dan gajah dapat diminimalisir, serta keberadaan gajah di Aceh tetap terjaga untuk generasi mendatang.
Hari Gajah Sedunia yang diperingati secara global bertujuan meningkatkan perhatian dan aksi nyata demi perlindungan gajah yang menghadapi ancaman dari kerusakan habitat, perburuan, dan konflik dengan manusia.
Di Aceh sendiri, konservasi gajah telah menjadi fokus penting mengingat provinsi ini merupakan salah satu habitat terakhir gajah Sumatra yang jumlahnya semakin terbatas.
Dengan momentum ini, BKSDA mengajak semua pihak untuk berperan aktif menjaga dan melindungi gajah Sumatra agar tetap menjadi bagian dari kekayaan alam Aceh yang tak ternilai harganya. (*)