Selasa, Mei 7, 2024
Google search engine
BerandaBI: Ekonomi Aceh Diperkirakan Tumbuh Hingga 4,9 Persen

BI: Ekonomi Aceh Diperkirakan Tumbuh Hingga 4,9 Persen

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan berjalan tercatat 3,88 persen (year over year/yoy) di bawah pertumbuhan nasional dan Sumatera.

Persentase itu menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (5,43 persen, yoy). Sementara, laju inflasi pada bulan laporan mencapai 2,51 persen (yoy), lebih rendah dibanding nasional (2,83 persen), kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Aceh, Zainal Arifin Lubis, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Waspadaaceh.com, Sabtu (1/6/2019).

Kendati demikian, kata Zainal Arifin Lubis, perekonomian Aceh secara keseluruhan untuk tahun 2019 ini diperkirakan tumbuh 4,54 hingga 4,94 persen, dengan laju inflasi di kisaran 2,85 sampai 3,25 persen.

Dia mengatakan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi serta pengendalian inflasi tersebut, ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan. Terpenting, ujar dia, perlu adanya akselarasi kegiatan ekonomi terutama di sektor pertanian, industri dan pertambangan, serta peningkatan produktivitas, pasokan bahan pangan dan kelancaran distribusinya.

“Upaya ini perlu didukung oleh adanya sinergi antara Pemda, BI, dan institusi terkait lainnya, termasuk TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah),” lanjut Zainal.

Dia juga merincikan, pertumbuhan kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan sebesar 8,29 persen (yoy), yang paling mendominasi dari kredit/pembiayaan tersebut ialah untuk keperluan konsumsi (58%), diikuti modal kerja (30%) dan investasi (12%). Namun, di sisi lain Zainal mengungkapkan bahwa dari sisi risiko, tingkat pembiayaan bermasalah (NPL/NPF) di Aceh menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2016.

“Penurunannya yaitu di bawah 2 persen,” imbuhnya.

Prospek dan Risiko ke Depan

Zainal Arifin mengungkapkan, secara nasional pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dibayangi beberapa hal. Diantaranya, risiko eksternal ekonomi global yang tumbuh melambat, ketegangan perdagangan yang berlanjut, geopolitik terutama ketidakpastian Brexit, volume perdagangan dunia yang melambat, dan harga komoditas yang turun.

Sementara dari sisi domestik, lanjut dia, masih terdapat risiko terkait current account deficit yang masih tinggi. Prospek ekonomi Indonesia 2019 diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran 5,0 sampai 5,4 persen.

“Sementara prospek inflasi diprakirakan tetap rendah dan stabil, berisiko di bawah titik tengah kisaran sasaran inflasi 3,5±1% pada 2019,” terang Zainal.

Adapun BI-7 Day (reverse) Repo Rate tetap berada pada 6,00 persen, sebagaimana keputusan RDG pada Mei 2019. Zainal memaparkan, fokus kebijakan BI ke depan lebih pada upaya menjaga stabilitas eksternal perekonomian Indonesia dan keterbukaan ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif, sejalan dengan rendahnya inflasi.

“Juga perlu mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri, memastikan ketersediaan likuiditas di perbankan serta kebijakan makroprudensial yang akomodatif, penguatan kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan, serta penguatan koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait,” pungkasnya. (Rel/Fuadi)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER