Banda Aceh (Waspada Aceh) – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh, Rony Widijarto, mengatakan, pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Provinsi Aceh diprioritaskan untuk UMKM yang berorientasi ekspor dan sektor pangan guna mendukung kestabilan nilai rupiah.
“Kami berkomitmen untuk memberikan dukungan maksimal bagi UMKM di Aceh agar mampu berkembang dan berkontribusi dalam ekspor serta memperkuat sektor pangan,” kata Rony dalam jumpa pers di Gampong Nusa, Aceh Besar, Rabu (18/10/2023).
Pengembangan UMKM berorientasi ekspor, lanjut Rony, merupakan langkah strategis yang diambil oleh Bank Indonesia dengan mempertimbangkan potensi dan keunggulan sumber daya alam yang dimiliki Aceh, terutama dalam sektor kopi, nilam dan kakao.
Bank Indonesia melaksanakan program pengembangan melalui berbagai strategi yang meliputi peningkatan kapasitas, bantuan teknis, fasilitasi event, Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) serta pelatihan dan dampingan UMKM.
Selain memberikan bantuan teknis dan peningkatan kapasitas, Bank Indonesia juga akan memfasilitasi kegiatan-kegiatan seperti pameran, seminar, dan workshop guna mendukung UMKM Aceh dalam memperluas jaringan dan meningkatkan kualitas produk.
Lebih lanjut, Rony menjelaskan beberapa strategi untuk mendukung UMKM untuk melakukan ekspor tahun 2023 seperti Koperasi Ribang Gayo Oantan Meusara yang diekspor melalui aggregator Degayo sebesar USD 1 juta ke USA. Kemudian Koperasi Babburayan melalui Dubai Ekapo senilai USD 5 juta ke beberapa negara.
Selain itu, kerjasama dengan PT Garuda dan Kementerian Keuangan Kantor Wilayah Provinsi Aceh juga telah menghasilkan 18 UMKM yang telah lulus kurasi. Selanjutnya, UMKM tersebut akan didampingi untuk melakukan repackaging product untuk keperluan showcasing di ITPC Jeddah. Pengiriman produk telah dikirim pada bulan Agustus.
Dengan mendorong UMKM untuk menjadi eksportir, hal ini akan membantu mengurangi defisit neraca perdagangan dan memberikan dampak positif bagi mata uang rupiah. (*)