Calang (Waspada Aceh) – Selama ini pembangunan ekonomi masyarakat desa cenderung berbasis pada pengelolaan sumber daya alam secara tradisional, sementara jaringan distribusi dan perluasan pasar kurang mendapat perhatian.
Selain itu belum terbangunnya ekosistem ekonomi desa secara terintegrasi membuat usaha ekonomi masyarakat pedesaan sulit berkembang.
Begitu disampaikan Ketua Ikatan Keluarga Aceh Jaya (Ikajaya) Amal Hasan saat soft launching program pembinaan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) home industri yang dikelola oleh kaum perempuan di Desa Krueng Tho, Kecamatan Darul Hikmah, Kabupaten Aceh Jaya, Rabu (13/3/2024).
Amal Hasan yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (Ikafensy) ini menjelaskan, untuk membangun ekosistem ekonomi desa, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh masyarakat, mulai dari produksi, rantai distribusi, hingga membentuk pangsa pasar di tingkat konsumen.
“Ketika ekosistem ini sudah terbentuk, maka akan tercipta nilai tambah dari setiap produk yang akan memberikan keuntungan serta membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat pelaku usaha,” jelas Amal Hasan.
Amal Hasan yang baru terpilih sebqgai Ketua Ikatan Alumni Universitas Syiah Kuala (IKA USK) ini menambahkan, didesa Kreung Tho, tim SAH saat ini sedang melakukan pembinaan kelompok usaha UMKM dengan produk yang dihasilkan salah satunya keripik pisang dengan sumber bahan baku dari desa sekitar. Jika berjalan dengan konsisten, diyakini akan menciptakan nilai tambah dari berbagai sektor usaha masyarakat.
“rangkaian mata rantai ekonomi masyarakat akan menciptakan nilai tambah dari berbagai sektor usaha masyarakat, petani pisang yang selama ini sering harus pasrah pada harga pengumpul atau agen dari luar, kini bisa mendapatkan harga yang stabil karena pisang produksi masyarakat ditampung oleh pengumpul lokal dengan harga pasar yang terkendali,” tambah Amal Hasan.
Selain itu tambah pria yang pernah menjabat sebagai Direktur Dana dan Jasa Bank Aceh ini, dengan berjalan usaha keripik kelompok UMKM di Krueng Tho ini, aktivitas warga khususnya kelompok usaha UMKM home industri keripik ini akan naik kelas dari masyarakat pekerja goreng keripik sekarang menjadi wira usaha produsen keripik dengan skala produksi dan pemasaran yang lebih luas. Tentu hal ini akan memberikan nilai tambah tambah pada meningkatnya pendapatannya.
Usaha yang dtibina pihaknya ini juga menampung tenaga kerja dari masyarakat setempat. Distribusi dan pemasaran produk juga berdampak pada terciptanya peluang usaha baru tenaga-tenaga sales marketing yang umumnya mahasiswa yang belum mendapatkan kesempatan untuk bekerja di berbagai bidang formal.
“Produk ini bisa menjadi salah satu produk andalan dengan branding lokal yang dapat merubah mindset publik terhadap rendahnya kegiatan ekonomi daerah,” lanjut Amal Hasan.
Masih menurut Amal Hasan, desa memiliki potensi besar dalam menghasilkan produk-produk unggulan yang alami dan berkualitas. Namun banyak potensi sumber daya alam yang selama ini belum tergarap dengan baik, karena itu ia mengajak masyarakat dan komunitas pelaku usaha di desa untuk membangun usaha secara modern, seperti pemasaran secara online, sehingga produk yang dihasilkan lebih mudah dikenal pasar melalui komunitas ekonomi digital.
“Masyarakat desa perlu diperkenalkan bisnis online, karena ekonomi digital dapat membuka peluang bagi masyarakat desa dalam memasarkan produknya ke pasar yang lebih luas. Yang perlu kita lakukan hanyalah upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam ekonomi digital,” pungkas Amal Hasan yang juga Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Wilayah Aceh. (*)