Bireuen (Waspada Aceh) – Setelah berminggu-minggu terisolasi akibat banjir dan longsor, warga akhirnya kembali bernapas lega. Jembatan Teupin Mane, yang menghubungkan Kabupaten Bireuen dengan Kabupaten Bener Meriah hingga Takengon, kini kembali dapat dilalui setelah jembatan bailey rampung dibangun pada 14 Desember 2025.
Pantauan Waspadaaceh.com, Kamis (18/12/2025), arus kendaraan mulai hilir mudik melintasi jembatan darurat tersebut. Mobil pikap bermuatan sembako, kendaraan pribadi, hingga pengendara yang membawa jerigen bahan bakar tampak silih berganti melintas. Pemandangan yang sempat hilang sejak akses ini terputus total akhir November lalu.
Bagi Edi Efendi, warga Bener Meriah, terbukanya kembali akses ini bukan sekadar soal jalan, tetapi soal bertahannya kehidupan sehari-hari.
“Alhamdulillah, ini sangat membantu kami. Sekarang bisa ke Bireuen lagi. Kalau di Bener Meriah, beras, minyak, gula masih susah didapat,” ujar Edi saat ditemui di lokasi.
Ia menyebutkan, harga kebutuhan pokok di Bener Meriah sempat melonjak tajam. Beras dijual hingga Rp270 ribu per karung, sementara gula mencapai Rp25 ribu per kilogram.
Kondisi jalan di beberapa titik juga masih rusak dan berlumpur. Edi mengaku baru dua hari terakhir bisa kembali mengakses jalur tersebut. Ia sehari-hari bolak-balik dari Bener Meriah ke Bireuen untuk membeli BBM, yang kemudian dijual kembali secara eceran di kampungnya.
“Pertamax saya jual Rp20 ribu. Mahal, tapi di sana memang kosong. Saya sendiri harus antre sampai dua hari,” katanya, sembari menunjukkan tiga jerigen BBM yang dibawanya.

Sebelum jembatan bailey terpasang, aktivitas warga benar-benar lumpuh. Beberapa warga terpaksa menyeberangi Krueng Peusangan menggunakan keranjang besi yang digantungkan pada kabel baja cara berbahaya yang harus ditempuh demi mencapai Kota Bireuen.
“Arus sungai deras sekali. Kalau hujan, sangat berisiko,” ujarnya.
Terbukanya kembali akses darat ini tidak hanya memulihkan mobilitas warga, tetapi juga memperlancar distribusi bantuan bagi korban bencana di wilayah Kecamatan Juli hingga Kabupaten Bener Meriah.
Putusnya jembatan sebelumnya membuat pengiriman logistik dan bantuan kemanusiaan ke wilayah tengah Aceh tersendat.
“Kalau jembatan ini belum dibuka, kami benar-benar tercekik. Barang mahal, BBM kosong, mau hidup pun susah. Sekarang, walau belum normal betul, setidaknya kami sudah bisa bergerak lagi,” jelasnya.
Apresiasi juga datang dari warga setempat lainnya. Irma, salah seorang warga Juli, mengungkapkan rasa syukurnya atas kerja keras berbagai pihak.
“Waktu jembatan putus, kami benar-benar merasa terisolasi. Sekarang sudah bisa pulang dengan aman. Terima kasih kepada semua yang sudah membantu,” katanya.
Kini, meski masih bersifat darurat, Jembatan Teupin Mane kembali menjadi penghubung utama menyambungkan bukan hanya dua kabupaten, tetapi juga harapan warga yang sempat terputus oleh bencana. (*)



